Halaman

Senin, 19 Desember 2011

Bayiku Lahir Kecil

STEP 1
Resusitasi : Pemulihan kembali keadaan bayi, memberikan rangsangan pada bayi agar bernafas, nilainya dengan score APGAR
Adaptasi intrauterine ke ekstrauterine : penyesuaian diri janin ke lingkungan ekstrauterine
Asfiksia : keadaaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan tidak teratur
Skor APGAR : untuk menilai keadaan bayi batu lagi nilai normalnya 7-10, 6-4 = asfiksia, > 4 =asfiksia yang berat
(Appearance, Pulse, Greimance , Activity, respiration
Skor Ballard dan Dubowitz : untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir, apakah sudah matur atau belum
STEP 2
•    Mengapa bayi tidak langsung menanggis dan BBL 1900gr?
•    Bagaimana proses fisiologi adaptasi intrauterine ke ekstrauterine?
•    Mengapa adaptasi intrauterine ke ekstrauterine bayi kurang?
•    Mengapa bisa terjadi asfiksia?
•    Apa yang di maksud skor APGAR 6-7-8?
•    Bagaimana alur resusitasi dan indikasinya?
•    Bagaimana periode perkembangan janin?
•    Criteria berat badan bayi baru lahir?
Assesment : Asfiksia, BBLR



STEP 3
•    Mengapa bayi tidak langsung menanggis dan BBL 1900gr?
Biasanya bayi baru lahir pernafasannya tergantung dari intrauterine. Biasanya mengalami asfiksia tapi, hanya ringan dan hanya sementara untuk merangsang reseptornya agar bisa bernafas secara teratur. Asfiksia berat à tidak langsung menangis, apneu, bradikardi.
Rangsangan pernafasan à Hemoreseptor, kemoreseptor.  Serotinus à alveolusnya tidak bisa mengembang à tidak bisa menangis.
karena partus tak maju terlalu lama à bayi fetal distress
usia ibu terlalu tua, multipara.
•    Pada bayi tersebut kan kehamilannya serotinus, apakah bisa karena sulfaktan nya kurang?
•    Apakah reflex nafas ada hubungannya dengan perkembangan saraf?
•    Bagaimana proses fisiologi adaptasi intrauterine ke ekstrauterine?
1.    System respirasi
Dinding torak bayi tertekan à cairan ketuban di keluarkan (berapa persen?)à Merangsang perkembangan paru à memacu penafasan spontan
Terdapat perbedaan suhu à mukanya terpapar oleh suhu yang lebih dinging à bernafas
1.    System kardiovaskular
Perdarahan pada janin dan fetus itu berbeda, terjadi penutupan foramen ovale , Duktus venosus à saat lahir masih terjadi aliran, tapi kontraksi keras à tertutup.
1.    System GIT
Pada traktus digestivus neonates akan keluar cairan mekonium à keluarnya 10 jam pertama dan hanya 4 hari saja.

•    Mengapa adaptasi intrauterine ke ekstrauterine bayi kurang?
Karena persalinan nya dilakukan secara sesar, partus tak maju à adaptasi ke lingkungannya kurang.

•    Resiko yang terjadi pada bayi dengan asfiksia?
•    Apa yang di maksud skor APGAR 6-7-8?
•    Bagaimana alur resusitasi dan indikasinya?
Indikasi : persumbatan jalan nafas, syok hipovolemik, karena obat2an
Cara: tidakan umum = pengawasan suhu, pembersihan jalan nafas, rangsangan menimbulkan nafas. Tindakan khusus = memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian o2 à pada asfiksia berat. Asfiksia sedang à dibuat stimulasi agar timbul reflex pernafasan, tidak timbul nafas spontan à ventilasi aktif dilakukan.

•    Bagaimana periode perkembangan janin?

•    Criteria berat badan bayi baru lahir? (dihubungkan dengan masa gestasinya)
BB rendah =
BB cukup = 2500- 4000 gr
BB lebih = > 4000 gr
•    Skor ballard dan dubowitz
ASFIKSIA
P Definisi
keadaaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan tidak teratur
P Etiologi
-         Tidak adanya rangsangan bernafas secara spontan. Tidak adanya penekanan pada dinding toraks à cairan ketuban tidak keluar.
-         Karena kelainan bawaan
-         Ganguan gizi pada ibu
-         Hipotensi ibu
P Factor resiko
ibu – social ekonomi rendah, usia, multipara, preeclampsia, infeksi, kehamilan serotinus, partus tak maju, cara persalinan, pemakaian obat (analgetik)
bayi – bayi fetal distress, premature, kelainan congenital
plasenta – infeksi transplasenta, lilitan tali pusat, plasenta previa, solution plasenta
P Patofis
Tidak adanya rangsangan bernafas secara spontan. Tidak adanya penekanan pada dinding toraks à cairan ketuban tidak keluar.
Biasanya bayi baru lahir pernafasannya tergantung dari intrauterine. Biasanya mengalami asfiksia tapi, hanya ringan dan hanya sementara untuk merangsang reseptornya agar bisa bernafas secara teratur. Asfiksia berat à tidak langsung menangis, apneu, bradikardi.
Rangsangan pernafasan à Hemoreseptor, kemoreseptor.  Serotinus à alveolusnya tidak bisa mengembang à tidak bisa menangis.
karena partus tak maju terlalu lama à bayi fetal distress
usia ibu terlalu tua, multipara.

P Klasifikasi
1.    Asfiksia livida= warna kulit kebiruan (sianosis),  tonus otot masih baik, rangsangan (+), bunyi jantung masih teratur, prognosis lebih baik
2.    Asfiksia palida = warna kulit pucat, tonus otot kurang, rangsangan (-), bunyi jantung tdk teratur, prognosis jelek
APGAR = figorous baby = 7-10 (bayi masih sehat à Tidak memerlukan tindakan khusus), asfiksi sedang = 4-6 (bayi tonusnya kurang baik), asfiksia berat =0-3
P Manifestasi klinis
Apneu di sertai penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan memperlihatkan susah bernafas yang kemudian diikuti pernafasa teratur.
-         Hipoksia
-         Nafas tersengal à bisa berhenti
-         Tonus otot berkurang
-         Kulit sianotik/ pucat
Criteria asfiksia = nafas < 30 x/ menit, heart rate
P Diagnosis
Dilihat dari Score APGAR
P Penatalaksanaan
Resusistasi
P Komplikasi
Gagal nafas, hipoksia, kematian batang otak, kejang, kematian, detradasi mental.
P Prognosis
Di lihat dari derajatnya à ringan = biasanya baik jika penangaannya cepat, berat = kemungkinan buruk,

BBLR
1.    P Definisi
2.    P Etiologi
3.    P Factor resiko
4.    P Patofis
5.    P Klasifikasi
6.    P Manifestasi klinis
7.    P Diagnosis
8.    P Penatalaksanaan (kecukupan gizi dan cairan)
9.    P komplikasi
10.    P prognosis
11.    P problem yang dialami oleh BBLR (yang early)?

Step 6
•    Mengapa bayi tidak langsung menanggis dan BBL 1900gr?
Biasanya bayi baru lahir pernafasannya tergantung dari intrauterine. Biasanya mengalami asfiksia tapi, hanya ringan dan hanya sementara untuk merangsang reseptornya agar bisa bernafas secara teratur. Asfiksia berat à tidak langsung menangis, apneu, bradikardi.
Rangsangan pernafasan à Hemoreseptor, kemoreseptor.  Serotinus à alveolusnya tidak bisa mengembang à tidak bisa menangis.
karena partus tak maju terlalu lama à bayi fetal distress
usia ibu terlalu tua, multipara.
•    Pada bayi tersebut kan kehamilannya serotinus, apakah bisa karena sulfaktan nya kurang?
•    Apakah reflex nafas ada hubungannya dengan perkembangan saraf?
•    Bagaimana proses fisiologi adaptasi intrauterine ke ekstrauterine?
system pernafasan
Fisiologi
o    Factor yang mempengaruhi perubahan fungsi
a)    maturasi  mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin dan hal ini berhubungan erat dg masa gestasi dibandingkan berat badan lahir
b)    adaptasi  diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam lingkungan baru
c)    toleransi  misalnya keadaan hipoksia, kadar gula darah rendah, perubahan pH darah yang dratis bias ditoleransi oleh fetus
o    Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta, tapi setelah lahir perukaran gas melalui paru-paru. Rangsangan untuk gerakan pernapasan
o    Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir
o    Penurunan paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus
o    Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan napas
o    Refleks deflasi Hering Breur
o    Metabolisme
o    Pada jam pertama  energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat
o    Pada hari ke dua  energi didapatkan dari pembakaran lemak
o    Lebih kurang pada hari keenam  mendapat susu sehingga energi didapat dari lemak 60 % dan 40% dari karbondioksiida
Sumber : buku ajar IKA jilid 3  oleh staf pengajar IKA FK UI
Sirkulasi darah janin

Sumber:T.W.Sadler.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Ed 7. Jakarta: EGC
Perubahan-perubahan setelah lahir pada jantung bayi
     Penutupan aa.umbilicales
Terjadi krn kontraksi otot polos didinding pembuluh darah tersebut dan mungkin disebabkan oleh rangsangan termik dan mekanik serta perubahan kadar oksigen.
Bagian distal aa.umbilicales kemudian membentuk ligamentum umbilicales medial,sedangkan proksimalnya tetap terbuka sebagai aa.vesicales superiors.
     Penutupan vena umbilicales dan duktus venosus
Terjadi segera setelah penutupan aa.umbilicales.oleh krn itu,darah dari plasenta masih dapat memasuki tubuh bayi sampai beberapa saat setelah lahir.
setelah terjadi obliterasi ,vena umbilicales membentuk ligamentum teres hepatis yang berjalan pada tepi bawah ligamentum falsiformis. Duktus venosus yang berjalan dari ligamentum teres hepatis ke vena kava inferior juga menutup dan membentuk ligamentum venosum.
     Penutupan duktus arteriosus
Kontraksi otot-otot di dindingnya terjadi sesaat setelah lahir dan mungkin diperantarai oleh bradikinin, suatu zat yang dilepaskan dari paru-paru selama permulaan pengembangan paru.
Pada orang dewasa,duktus arteriosus yang telah menutup menjadi ligamentum arteriosum.
     Penutupan foramen ovale
Disebabkan oleh meningkatnya tekanan didalam atrium kiri yang disertai penurunan atrium kanan. Bersamaan dg tarikan nafas pertama,septum primum ditekan melekat ke septum sekundum.

Sumber:T.W.Sadler.2000.Embriologi Kedoteran Langman.Ed 7. Jakarta: EGC
1.    Adaptasi system pernafasan
a.    Fisiologi pernapasan janin

Gambar. Jaringan paru janin
Sebelum lahir, paru-paru berisi cairan yang mengandung kadar klorida tinggi, sedikit protein, sedikit lendir dari kelenjar bronkus, dan surfaktan (suatu cairan yang kaya fosfolipid dan mampu menurunkan tegangan permukaan pada antar muka udara – alveolus) dari sel epitel alveoli. Jumlah surfaktan dalam cairan tersebut semakin bertambah banyak, terutama selama 2 minggu terakhir sebelum lahir.
Gerakan pernapasan janin dimulai sebelum lahir dan menyebabkan aspirasi cairan amnion. Gerakan-gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan paru dan melatih otot-otot pernapasan.
b.    Fisiologi pernapasan bayi
Ketika pernapasan dimulai pada saat lahir, sebagian besar cairan paru-paru diserap kembali oleh kapiler darah dan getah bening, sedangkan sejumlah kecil mungkin dikeluarkan melalui trakea dan bronkus selama proses kelahiran. Ketika cairan ini diserap dari sakus alveolaris, surfaktan yang tersisa mengendap sebagai lapisan fosfolipid tipis pada selaput sel alveoli. Dengan masuknya udara ke alveoli saat pernapasan pertama, lapisan surfaktan mencegah timbulnya suatu interface udara-air (darah) dengan tegangan permukaan yang tinggi. Tanpa adanya lapisan surfaktan yang mengandung lemak ini, alveoli akan menguncup selama ekspirasi (atelektasis).
Gerakan pernapasan setelah lahir menyebabkan udara memasuki paru-paru, yang selanjutnya mengembangkan dan mengisi rongga pleura. Meskipun alveoli agak membesar ukurannya, pertumbuhan paru-paru setelah lahir terutama disebabkan oleh bertambahnya jumlah bronkiolus respiratorius dan alveoli (bukan karena bertambah besarnya ukuran alveoli). Diperkirakan hanya ada seperenam jumlah alveoli orang dewasa pada saat lahir. Alveoli sisanya dibentuk pada 10 tahun pertama kehidupan setelah lahir.
Embriologi Kedokteran Langman. Ed. 7. Sadler. EGC

2.    Adaptasi system kardiovaskuler
a.    Fisiologi system sirkulasi  janin

Sebelum lahir, darah dari plasenta (kira-kira 80%) jenuh dengan O2 dialirkan kembali ke janin melalui vena umbilikalis. Pada saat mendekati hati, sebagian besar darah ini mengalir melalui duktus venosus langsung masuk ke dalam vena kava inferior, dengan demikian memintas dari hati. Sebagian kecil daripadanya masuk ke sinusoid hati dan bercampur dengan darah yang berasal dari sirkulasi portal.
Setelah melalui VCI yang pendek dan bercampur dengan darah yang tidak mengandung O2 yang kembali dari anggota tubuh bawah, darah ini memasuki atrium kanan. Disini darah dialirkan ke foramen ovale oleh katup VCI dan sebagian besar darah mengalir langsung ke atrium kiri. Tetapi sebagian kecil darah tidak dapat mengikuti jalan tersebut karena dihambat oleh tepi bawah septum sekundum, yaitu Krista dividens, dan tetap berada di atrium kanan. Disini air bercampur darah dari bagian kepala dan lengan melalui VCS.
Dari atrium kiri, darah memasuki ventrikel kiri dan aorta ascenden. Oleh karena a. koronaria dan a. karotis merupakan cabang pertama aorta ascenden, otot-otot jantung dan otak memperoleh darah yang kaya O2. Darah yang rendah O2 dari VCS mengalir melalui ventrikel kanan menuju ke trunkus pulmonalis. Oleh karena tekanan di dalam pembuluh darah pulmonal tinggi, darah mengalir langsung melalui duktus arteriosus menuju aorta ascenden, dan bercampur dengan darah yang berasal dari aorta proksimal. Mulai berjalan melewati aorta ascenden, darah mengalir menuju ke plasenta melalui kedua aa. Umbilicales dengan angka kejenuhan 58%.
b.    Fisiologi system sirkulasi bayi

Perubahan yang terjaid pada sistem pembuluh darah pada saat lahir disebabkan oleh berhentinya aliran darah dari plasenta dan dimulai pernapasan. Olh karena pada saat yang sama duktus arteriosus menutup karena kontraksi otot-otot dindingnya, jumlah darah yang melalui pembuluh darah paru-paru meningkat dengan cepat. Sebaliknya hal ini akan meningkatkan tekanan di atrium kiri. Bersamaan dengan itu, tekanan di dalam atrium kanan menurun karena terputusnya aliran darah dari plasenta. Septum primium kemudian menutup septum sekundum, dan dengan demikian foramen ovale menutup secara fisiologis.
Perubahan berikutnya :
a.    Penutupan aa. Umbilikales, terjadi karena kontraksi otot polos di dinding pembuluh darah tersebut dan mungkin oleh rangsangan termik dan mekanik serta perubahan kadar O2. Secara fisiologis, kedua pembuluh darah ini menutup beberapa menit setelah lahir.
Bagian distal aa. Umbilikalis kemudian membentuk ligamentum umbilicales medial, dan proksimalnya tetap terbuka sebagai aa. Vesicales seperiores.
b.    Penutupan vena umbilikalis dan duktus venosus terjadi segera setelah penutupan aa. Umbilikalis. Oleh karena itu, darah dari plasenta masih dapat memasuki tubuh bayi sampai beberapa saat setelah lahir.
Setelah terjadi obliterasi, vena umbilikalis membentuk ligamentum teres hepatis yang berjalan pada tepi bawah ligamentum falsiformis. Duktus venosus yang berjalan dari ligamentum teres hepatis ke VCI juga menutup dan membentuk ligamentum venosum.
c.    Penutupan duktus arteriosus oleh kontraksi otot-otot dindingnya terjadi sesaat setelah lahir dan mungkin diperantarai oleh bradikinin ( suatu zat yang dilepaskan dari paru-paru selam permulaan pengembangan paru).
Pada orang dewasa, duktus arteriosus yang telah menutup menjadi ligamentum arteriosum.
d.    Penutupan foramen ovale disebabkan oleh meningkatnya tekanan di dalam atrium kiri yang disertai penurunan tekanan di atrium kanan. Bersamaan dengan tarikan nafas yang pertama, septum primum ditekan melekat ke septum sekundum.
Embriologi Kedokteran Langman. Ed. 7. Sadler. EGC
    Pada janin ada pirau intra kardiak (foramen ovale) dan pirau ekstra kardiak (duktus arteriosus botali, duktus venosus arantii). Arah pirau adalah dari kanan ke kiri yaitu dari atrium kanan ke kiri via foramen ovale. Serta dari arteri pulmonalis menuju aorta via duktus arteriosus.
Setelah lahir dengan berhasilnya adaptasi sistem pernapasan segera diikuti oleh adaptasi sistem kardiovaskuler dengan tidak adanya pirau tersebut diatas baik pirau intra kardiak ataupun ekstra kardiak.
    Pada sirkulasi fetal, ventrikel kanan dan kiri bekerja serentak, setelah lahir ventrikel kiri berkontraksi sedikit lebih awal dari ventrikel kanan.
    Selama sirkulasi fetal, ventrikel kanan memompa darah ke tempat tahanan yang lebih tinggi yaitu tahanan sistemik tetapi ventrikel kiri melawan tahanan yang rendah yakni plasenta.
Setelah lahir, ventrikel kanan akan melawan tahanan paru yang lebih rendah daripada tekanan sistemik yang dilawan ventrikel kiri.
    Pada sirkulasi janin, darah yang dipompa oleh ventrikel kanan sebagian besar menuju ke aorta via duktus arteriosus, hanya sebagian kecil yang menuju ke paru-paru. Tetapi setelah lahir darah dari ventrikel kanan seluruhnya ke paru-paru
    Pada kehidupan janin, paru-paru mendapat O2 dari darah yang yang diambil dari plasenta. Sebaliknya post natal parumemberikan O2 kepada darah.
    Selama kehidupan intrauterin, plasenta merupakan tempat yang utama untuk pertukaran gas, makanan dan ekskresi. Post natal, organ-organ lain mengambil alih perbagai fungsi tersebut.
    Selama  masa fetal, plasenta menjamin berlangsungnya tahanan sirkuit yang rendah, tetapi pada post natal hal tersebut tidak ada.
Buku Ajar Neonatologi. Ed. 1. 2008. IDAI.

    Sebelum lahir    Setelah lahir
•    lingkungan fisik
•    suhu luar
•    stimulasi sensoris
•    gizi


•    penyediaan oksigen

•    pengeluaran hasil metabolisme

    Cairan
Pd umumnya tetap
Terutama kinestetik/ vibrasi
Tergantung pada zat2 gizi yang terdapat dalam darah ibu

Berasal dari ibu ke janin melalui plasenta
Dikeluarkan ke sistem peredaran darah ibu    Udara
Berubah – ubah
Bermacam-macam stimuli
Tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna
Berasal dari paru2 ke pembuluh darah paru2
Dikeluarkan melalui paru2 , kulit ginjal dan saluran pencernaan
Tumbuh Kembang Anak. Dr. soetjiningsih, SpAK. EGC

Tidak semua bayi dg berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir prematur. Keadaan ini disebabkan oleh :
a.    Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dg berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur)
b.    Bayi small for gestational age (SGA): bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan=KMK)
c.    Kedua-duanya (1+2)

•    Mengapa adaptasi intrauterine ke ekstrauterine bayi kurang?
Karena persalinan nya dilakukan secara sesar, partus tak maju à adaptasi ke lingkungannya kurang.

•    Resiko yang terjadi pada bayi dengan asfiksia?
•    Apa yang di maksud skor APGAR 6-7-8?
•    Bagaimana alur resusitasi dan indikasinya?
Indikasi : persumbatan jalan nafas, syok hipovolemik, karena obat2an
BAGAN RESUSITASI

Figure 58-3 Algorithm for resuscitation of the newborn infant. HR, heart rate. (From National guidelines for neonatal resuscitation. Pediatrics 106:E29, 2000.)


BAGAN RESUSITASI



•    Bagaimana periode perkembangan janin?
KURVA LUBCHENCO

Sumber: Wiknjosastro H.,2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta: 2008
Pertumbuhan janin untuk suatu masa gestasi dikatakan baik kalau berat badannya sesuai untuk berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.
Pertumbuhan janin normal kalu berat badannya terletak antar persentil ke-10 dan persentil ke-90. Bila terletak dibawah persentil ke-10 disebut kecil untuk masa kehamilan (KMK), sedangkan bila terletak diantara persentil ke-90 disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau bayi normal.

Sumber : buku ajar IKA jilid 3  oleh staf pengajar IKA FK UI

Criteria berat badan bayi baru lahir? (dihubungkan dengan masa gestasinya)
•    Hubungan antara masa gestasi dan beberapa kriteria eksterna pd BBL
Kriteria    Masa gestasi
    Sampai 36 minggu    37 – 38 minggu    39 minggu
plantar creases

diameter nodul mama
rambut kepala
daun telinga
testis dan skrotum    Bagian anterior: hanya ada transverse crease
2 mm
Halus
Lentur , tidak bertulang rawan
Testis di kanal bawah
Skrotum kecil
Ruga sedikit     Meliputi 2/3 anterior

4 mm
Halus
Sedikit tulang rawan
Intermadia     Seluruh telapak kaki

7 mm
Kasar
Kaku, tulang rawan tebal
Testis pendulum
Skrotum penuh
Ruga ekstensif
Sumber : buku ajar IKA jilid 3  oleh staf pengajar IKA FK UI
•    Skor ballard dan dubowitz

ASFIKSIA
P Definisi
Asfiksia neonatorum adl kegagalan bernapas scr spontan dan teratur pd saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yg ditandai dg keadaan PaO₂ dlm darah rendah (hipoksemia), hiperkarpnia (PaCO₂ meningkat) dan asidosis.
•    Keadaan ini disertai dg hipoksia, hiperkapnea dan berakhir dg asidosis
•    Hipoksia pd penderita asfiksia menghambat adaptasi BBL terhadap kehidupan ekstrauterin, Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasi lainnya penyebab utama kegagalan adaptasi BBLr berlanjut menjadi sindr. gangguan pernapasan pd hari² pertama setelah lahir, nekrosis berat dan difus pd jaringan otak bayi  meninggal.
P Etiologi
    Asfksia dalam kehamilan
disebabkan oleh
o    penyakit infeksi akut/kronis
o    keracunan obat bius
o    uremia
o    toksemia gravidarum
o    anemia berat
o    cacat bawaan
o    trauma
•    asfiksia dalam persalinan
disebabkan oleh :
o    kekurangan O2 misalnya pada :
    partus lama ( CPD, servik kaku dan atonia/inersia uteri )
    ruptura uteri yang membakat ; kontraksi uterus yang terus menerus menggangu sirkulasi darah keplasenta
    tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada placenta
    prolapsus ; tali pusat kana tertekan antara kepala dan panggul
    pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya
    perdarahannya banyak mis : plasenta previa dan solusio plasenta
    kalau placenta sudah tua dapat terjadi postmaturitas ( serotinus ) disfungsi uri
o    paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan fórceps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius.
Sinopsis Obstetri. Jilid I. EGC  
  
a.    Hipoksia janin  karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
b.    Gizi yang buruk
c.    Penyakit menahun seperti anemia, DM, hipertensi, dsb.
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Asfksia dlm kehamilan, disebabkan oleh:
•    penyakit infeksi akut/kronis
•    keracunan obat bius
•    uremia
•    toksemia gravidarum
•    anemia berat
•    cacat bawaan
•    trauma

Asfiksia dlm persalinan, disebabkan oleh: Sinopsis Obstetri. Jilid I. EGC
•    Kekurangan O₂, misal pd:
o    Partus lama (CPD, servik kaku dan atonia/inersia uteri)
o    Ruptura uteri yg membakat; kontraksi uterus menerus menggangu sirkulasi darah ke plasenta
o    Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pd placenta
o    Prolapsus; tali pusat tertekan antara kepala dan panggul
o    Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pd waktunya
o    Perdarahannya banyak, misal: plasenta previa dan solusio plasenta
o    Kalau placenta sudah tua dpt terjadi postmaturitas ( serotinus ) disfungsi uri
•    Paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar (fórceps), atau trauma dari dlm (obat bius).

Etiologi ilmu kebidanan, hanifa wiknjosastro
•    Terjadi krn gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin. Gangguan dpt berlangsung menahun akibat kondisi atau kelainan pd ibu selama kehamilan, atau scr mendadak krn hal² yg diderita ibu dlm persalinan.
•    Gangguan menahun dlm kehamilan: gizi buruk ibu, penyakit menahun (anemia, hipertensi, penyakit jantung, dll). Pd keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat² makanan berhubungan dg gangguan fungsi plasenta dpt dicegah atau dikurangi dg melakukan ANC yg sempurna, sehingga perbaikan sedini²nya dpt diusahakan.
Etiologi
Faktor ibu
a.    Hipoksia ibu menimbulkan hipoksia janin dg segala akibat. Kejadian ini dpt terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi dlm.
b.    Gangguan aliran darah uterus. Menyebabkan kurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan janin. Sering ditemukan pd keadaan:
i.    Gangguan kontraksi uterus (Hipotoni/Tetani uterus akibat penyakit atau obat)
ii.    Hipotensi mendadak pd ibu karena perdarahan
iii.    Hipertensi mendadak pd penyakit Eklampsia dll.
Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdpt gangguan mendadak pd plasenta, misal : solusio plasenta, perdarahan plasenta dll.
Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dlm pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dg janin. Gangguan ini dpt ditemukan pd tali pusat menumbang, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dll
Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pd BBL dpt terjadi karena beberapa hal, yaitu :
1.    Pemakaian obat anestesia/analgetika yg berlebihan pd ibu scr langsung dpt menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2.    Trauma yg terjadi pd saat persalinan, misal : perdarahan intrakranial.
3.    Kelainan kongenital pd bayi, misal : Hernia Diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dll.
Buku Ilmu Kesehatan Anak, jilid 3, Staf pengajar FK UI hal 1072-1073

Predisposisi Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Dari janin
a.    Gangguan aliran darah dlm tali pusat karena tekanan tali pusat
b.    Depresi pernapasan karena obat anastesi / analgetik yg diberikan pd ibu
c.    Perdarahan intrakranial
d.    Kelainan bawaan (hernia diafragmatika, hipoplasia paru² )

Dari ibu
-    Gangguan his, misal: hipertoni
-    Hipotensi mendadak pd ibu karena perdarahan, misal: plasenta previa
-    Hipertensi pd eklampsia
-    Gangguan mendadak pd plasenta, misal: solusio plasenta

P Factor resiko
    Dari janin :
-    Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
-    Depresi pernapasan karena obat-obat anastesi / analgetik yang diberikan pada ibu
-    Perdarahan intrakranial
-    Kelainan bawaan ( hernia diafragmatika, hipoplasia paru-paru )
    Dari ibu :
-    Gangguan his, misal : hipertoni
-    Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, misal : plasenta previa
-    Hipertensi pada eklampsia
-    Gangguan mendadak pada plasenta, misal : solusio plasenta
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Terjadi krn gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin terdapat gangguan dlm persediaan O2 dan dlm menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu bayi selama kehamilan, atau secara mendadak krn hal2 yang diderita ibu dlm persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yg buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain2. Pada keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat2 makanan berhubungan dg gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dg melakukan pemeriksaan antenatal yg sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan. (ilmu kebidanan, hanifa wiknjosastro)

Patofis
perubahan pertukaran gas dan transport O2  mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh, selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel.
a.    Permulaan gangguan pertukaran gas transport O2  asidosis respiratorik
b.    Metabolismus anerobik  glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber-sumber glikogen dalam tubuh (jantung dan hati) berkurang
c.    Asam organik yang dihasilkan oleh metabolik anerobik  asidosis metabolik
d.    Selanjutnya menyebabkan ganggguan kardiovaskuler :
-    Kerja jantung terganggu akibat glikogen dalam dalan jaringan jantung terpakai
-    Asidosis metabolik
-    Gangguan peredaran darah ke paru-paru
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Patogenesis
pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi janin masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi ‘primary gasping’ yang kemudian akan berlanjut dg pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk krn bayi dapat mengatasinya. asfiksia yang terjadi dimulai dg suatu periode apneu disertai dg penurunan frekuensi jantung. selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua. Pada tingkat ini disamping bradikardia ditemukan pula penurunan tekanan darah. Sumber : buku ajar IKA jilid 3  oleh staf pengajar IKA FK UI

P Klasifikasi
1.    Asfiksia livida= warna kulit kebiruan (sianosis),  tonus otot masih baik, rangsangan (+), bunyi jantung masih teratur, prognosis lebih baik
2.    Asfiksia palida = warna kulit pucat, tonus otot kurang, rangsangan (-), bunyi jantung tdk teratur, prognosis jelek

a.    Vigorous baby.
     Score APGAR 7-10
     Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
b.    Mild moderate asphyxia (asfiksia sedang)
     Score APGAR 4-6
     Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung >100 /menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c.    1. asfiksia berat.
     Score APGAR 0-3.
     Pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung < 100 /menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang2 pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
2.    asfiksia berat dg henti jantung
dimaksudkan dg henti jantung ialah keadaan :  
o    bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap
o    bunyi jantung bayi menghilang post partum.
Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dg yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.
(buku kuliah IKA 3, UI)  
P Manifestasi klinis
In utero:
•    DJJ irregular dan frekuensinya >160 / <100 x/mnt
•    Terdpt mekonium dlm air ketuban (letak kepala)
•    Analisa air ketuban/amnioskopi
•    Kardiotokografi
•    Ultrasonografi
Setelah bayi lahir
•    Bayi tampak pucat dan sianosis serta tidak bernafas
•    Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologic (kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tdk menangis.
Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri,jilid I,EGC hal 428-429
Diagnosis
Dilihat dari Score APGAR
a.    Denyut jantung
Normal : 120-160 x/menit.
< 100 x/menit  tanda bahaya
b.    Mekonium dalam air ketuban
Pada presentasi kepala : mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan merupakan adanya indikasi mengakhiri persalinan
c.    Pemeriksaan pH darah janin
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Tanda    0    1    2     Jumlah nilai
Frekuensi jantung    Tidak ada    <100x/mnt    >100x/mnt  
Usaha napas    Tidak ada    Lambat, tidak teratur    Menangis kuat  
Tonus otot    Lumpuh    Extrimitas fleksi sedikit    Gerakan aktif  
Refleks    Tidak ada    Gerakan sedikit    menangis  
Warna    Biru/pucat    Tubuh kemerahan, extrimitas biru    Tubuh dan extrimitas kemarahan  

    asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali karena selalu disertai asidosis maka perlu diberikan natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4ml/kgbb, diberikan lewat vena umbilikalis
    asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-6 )
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali
    bayi normal/ sedikit asfiksia ( nilai APGAR 7-9 )
    bayi normal dengan nilai APGAR 10
Sinopsis Obstetri. Jilid I. EGC

Asfiksia yg terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin.
3 hal perlu mendapat perhatian :
•    Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan semenit, selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih2 jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik elektrokardiograf janin digunakan untuk terus menerus mengawasi keadaan denyut jantung dlm persalinan.
•    Mekonium dlm air ketuban
Mekonium pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dg mudah.
•    Pemeriksaan pH darah janin
Dg menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh bebrapa penulis. 
(ilmu kebidanan, hanifa wiknjosastro)
P Penatalaksanaan
Resusistasi

Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) yg mungkin timbul dikemudian hari. tindakan yg dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.
Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa
•    factor waktu sangat penting. makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan homeostasis yg timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan timbulnya sekuele akan meningkat.
•    kerusakan yg timbul pada bayi akibat anoksia/hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yg akan terjadi krn anoksia/hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.
•    riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yg jelas tentang factor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir.
•    penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yg dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat.

Prinsip dasar resusitasi yg perlu diingat ialah :
•    memberikan lingkungan yg baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.
•    memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yg menunjukan usaha pernafasan lemah.
•    melakukan koreksi terhadap asidosis yg terjadi
•    menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

Cara resusitasi
Terbagi atas tindakan umum dan tindakan khusus
Tindakan umum
a.    pengawasan suhu
b.    pembersihan jalan nafas
c.    rangsangan untuk menimbulkan pernafasan

Tindakan khusus
Asfiksia berat (skor apgar 0-3)  
Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dg memberikan O2 dg tekanan dan intermiten. Cara yg terbaik ialah dg melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam trakea, O2 diberikan dg tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O. Hal ini untuk mncegah kemungkinan terjadinya inflasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur alveoli. Tekanan positif ini dilakukan dg meniupkan udara yg mengandung O2 tinggi kedalam kateter secara mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa. Bila diragukan akan timbulnya infeksi, terhadap bayi yg mendapat tindakan ini dapat diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yg membutuhkan koreksi segera, krn itu bikarbonas natrikus diberikan dg dosis 2-4 mEq/kgbb (dibagian IKA FKUI-RSCM Jakarta digunakan larutan bikarbonas natrikus 7,5% dg dosis 2-4 mEq/kgbb ). Disamping itu diberikan pula glukosa 15-20% dg dosis 2-4 ml/kgbb. kedua obat ini disuntikkan secara intravena dg perlahan2 melalui vena umbilikalis. Perlu diperhatiakan bahwa reaksi optimal obat2an ini akan tampak jelas apabila pertukaran gas (ventilasi) paru sedikit banyak telah berlangsung.
Usaha pernafasan (gasping) biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernafasan atau frekuensi jantung, masase jantung eksternal harus segera dikerjakan dg frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini dilakukan dg diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3, yaitu setiap 1 kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali  kompresi dinding toraks. Bila tindakan ini dilakukan bersamaan mungkin akan terjadi komplikasi berupa pneumotoraks atau pneumomediastinum. Bila tindakan ini tidak memberikan hasil yg diharapkan, bayi harus dinilai kembali, yaitu krn hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam basa yg belum dikoreksi dg baik atau adanya kemungkinan gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas dan lain2.
Asfiksia berat dg disertai henti jantung
Tindakan yg dilakukan sesuai dg penderita asfiksia berat, hanya dalam hal ini disamping pemasangan pipa endotrakeal, segera pula dilakukan masase jantung eksternal.   
Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)
Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks pernafasan. bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasn spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yg sederhana dapat dilakukan secara ”frog breathing”. Cara ini dikerjakan dg meletakkan kateter O2 intranasal dan O2 dialirkan dg aliran 1-2 l/menit. agar saluran nafas bebas bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Secara ritmis dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut, disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dalam frekuensi 20 kali/menit. Tindakan ini dilakukan dg memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernafasan spontan, usahakanlah mengikuti gerakan tersebut. Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak dicapai hasil yg diharapkan. Dalam hal ini segera dilakukan ventilasi paru dg tekanan positif secara tidak langsung.
Ventilasi ini dapat dikerjakan dg 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi kantong ke masker. Sebelum ventilasi dikerjakan, kedalam mulut bayi dimasukkan ”plastic pharyngeal airway” yg berfungsi mendorong pangkal lidah kedepan agar jalan nafas tetap berada dalam keadaan bebas. Pada ventilasi mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dg O2 sebelum melakukan peniupan. Ventilasi dilakukan secara teratur dg frekuensi 20-30 kali/menit dan diperhatikan gerakan pernafasan spontan yg mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot. Intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksi berat.
Bikarbonas natrikus dan glukosa dapat diberikan pada bayi, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernafasan teratur, walaupun ventilasi telah dilakukan dg adekuat. Cara dan dosis obat yg diberikan sesuai dg cara yg dilakukan terhadap penderita asfiksia berat. 
Tindakan lain dalam resusitasi
•    Pengisapan cairan lambung
Tindakan ini dilakukan pada bayi tertentu, yaitu untuk menghindarkan adanya regurgitasi dan aspirasi. Sebaiknya pengisapan ini dilakukan pada bayi yang sebelumnya menderita gawat janin, prematuritas, bayi ibu penderita diabetes melitus pada bayi yang waktu persalinan dipengaruhi secara tidak langsung oleh obat.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari pengisapan cairan lambung ialah :
1.    Mengenal secara dini adanya atresia/stenosia esofagus
2.    Bila ditemukan cairan lambung yg berlebihan (lebih dari 30 ml), ingatlah kemungkinan akan obstruksi usus letak tinggi
3.    Bila ditemukan jumlah sel darah putih yang tinggi pada sediaan langsung cairan lambung, bayi sudah hampir pasti telah kontak dg infeksi cairan amnion (amnionitis). Pengisapan cairan lambung mungkin pula menimbulkan efek yang kurang baik, seperti bradikardia atau serangan apnu, spasme laring. krn itu tindakan ini dikerjakan bila keadaan bayi telah mengijinkan
•    Penggunaan obat
Obat analeptik seperti koramin, lobelin, vandid dan lain2, sekarang sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan, sedangkan pada penderita asfiksia berat, obat tersebut merupakan indikasi kontra. Beberapa obat narkotika dan analgetika yang diberikan pada ibu 2-4 jam sebelum bayi baru lahir. obat tersebut misalnya morfin, heroin, petidin. Pada keadaan ini dianjurkan memberikan antidotumnya berupa nalorpin dg dosis 0,2 mg/kgbb dan diberikan secara intravena dan intramuskulus dalam.
•    Profilaksi terhadap blenorea
Tindakan ini harus tetap dilakukan dg memberikan nitras argenti 1%. setelah pemberian, mata dibilas dg garam fisiologis untuk mengurangi bahaya iritasi.  
•    Faktor aseptik dan antiseptik
Pada setiap tindakan yang dilakukan pada bayi baru lahir, harus selalu diperhatikan faktor aseptik dan antiseptik. Bila sterilitas tindakan diragukan, segera diberikan antibiotika profilaksis.
•    Beberapa klinik menganjurkan cara lain dalam mengatasi bayi dg asfiksia berat. cara tersebut ialah :
Hipotermia. Asfiksia berat dapat diatasi dg hipotermia yang dalam, yaitu untuk mengurangi/membatasi kerusakan sel jaringan (terutama otak). Tindakan ini dianggap bermanfaat krn dapat mengurangi kebutuhan sel jaringan akan oksigen. Sikap ini belum banyak dianut, krn manfaatnya tidak pasti.
Oksigen hiperbarik. Cara ini dibuat oleh beberapa klinik di inggris. Bayi diletakkan dalam ruangan tertutup yang berisi oksigen dg tekanan atmosfir yang tinggi. Cara ini dianggap memperlihatkan hasil yang sama dg ventilasi tekanan positif. disamping itu beberapa sarjana menganggap bahwa tindakan ini tidak berfaedah (james, 1966) (buku kuliah IKA 3, UI)
Terapi medikametosa
Epinefrin
Indikasi: Dj bayi <60 x/mnt setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. Asistolik.
Dosis: 0,1-0,3 ml/kgBB dlm larutan 1 : 10.000   (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dpt diulang tiap 3-5 mnt bila perlu.
Volume ekspander
Indikasi
a.    BBL yg dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dg resusitasi.
b.    Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pd resusitasi tidak memberikan respon yg adekuat.
Jenis cairan
a.    Larutan kristaloid yg isotonis (NaCl 0,9%, RL)
b.    Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 mnt. Dpt diulang sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat
Indikasi
a.    Asidosis metabolik, BBL yg mendptkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
b.    Penggunaan bikarbonat pd keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dg px AGD dan kimiawi.
Dosis: 1-2 mEq/kgBB  atau 2 ml/KgBB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara:  Diencerkan dg aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan scr intravena dg kecepatan minimal 2 mnt.
Efek samping:  keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson
Nalokson HCl adl antagonis narkotik yg tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi: Depresi pernafasan pd BBL yg ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan. Jangan diberikan pd BBL yg ibunya baru dicurigai pemakai obat narkotika (akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pd sebagian bayi).
Dosis: 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara:  I.V.,  endotrakeal atau bila perpusi baik  diberikan i.m atau s.c             
Suportif: Jaga kehangatan, Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

P Komplikasi
-    Otak: hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
-    Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pd neonatus, perdarahan paru, edema paru
-    GI: enterokolitis nekrotikans
-    Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh
-    Hematologi: DIC
Prognosis
Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri,jilid I,EGC hal 429
Tergantung pd kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dlm otak. Bayi yg dlm keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsy dan bodoh pd masa mendatang.

BBLR
1.    P Definisi
Bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
a.    BB bayi <2500 g pd waktu lahir bayi prematur
b.    BB bayi < 2500 g tanpa memandang masa gestasi.
c.    Berat lahir adl berat bayi yg ditimbang dlm 1 (satu) jam setelah lahir
d.    Bayi BBLR BBL yg BB lahirnya pd saat kelahiran <2500 g ( sampai dg 2499 gram ).

•    Bayi kurang bulan (preterm) bayi dg masa  kehamilan < 37 minggu (259 hari)
•    Bayi cukup bulan (aterm) bayi dg masa kehamilan 37 minggu-42 minggu (259-293 hari)
•    Bayi lebih bulan (posterm) bayi dg masa kehamilan >42 minggu (>293)

2.    P Etiologi
    Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai
    Bayi small for gestational age : bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk kehamilan)
    Kedua-duanya
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
-    Faktor ibu
•    Penyakit: Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
•    Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
•    Usia Ibu dan paritas: Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 20 tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terdekat ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.
•    Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
-    Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
-    Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun

3.    P Factor resiko
4.    P Patofis
5.    P Klasifikasi
a.    Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan BB sesuai dg BB untuk masa gestasi (NKB-SMK)
b.    Dismaturitas
Bayi lahir dg BB < BB seharusnya untuk masa gestasi bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi KMK
Sumber : buku ajar IKA jilid 3  oleh staf pengajar IKA FK UI
6.    P Manifestasi klinis
    BB < 2500 gram, PB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm, usia kehamilan < 37 minggu.
    Kepala relatif > besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, tampak peristaltik usus.
    Tangisnya lemah & jarang.
    Napas tidak teratur & sering timbul apnea  bila sering terjadi & tiap serangan < 20 detik  kerusakan otak yg permanen > besar.
    Otot2 masih hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha dlam abduksi, sendi lutut & pergelangan kaki dalam fleksi / lurus & kepala mengarah ke satu sisi.
    Bayi lapar akan menangis, gelisah & menggerak2an tangannya tanda2 lapar tidak ada dalam 96 jam  curiga perdarahan intraventrikular/ infeksi.
    Frekuensi nadi 100-140/ mnt.
    Frekuensi napas 40-50/mnt, hari2 berikutnya 35-45/mnt, >60/mnt sindrom gangguan pernapasan seperti membrana hialin, pneumonia, gangguan metabolik, gangguan SSP lakukan foto paru, USG.

7.    P Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
-    Anamnesis
•    Umur ibu
•    Riwayat hari pertama haid terakir
•    Riwayat persalinan sebelumnya
•    Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
•    Kenaikan berat badan selama hamil
•    Aktivitas
•    Penyakit yang diderita selama hamil
•    Obat-obatan yang diminum selama hamil
-    Pemeriksaan fisik
•    Berat badan > 2500 gram
•    tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
•    Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
-    Pemeriksaan penunjang
•    Pemeriksaan skor ballard
•    Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
•    Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah
•    Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
Menegakkan diagnosis BBLR adl dg mengukur BB dlm jangka waktu 1 jam setelah lahir, dpt diketahui dg dilakukan anamesis, PF dan PP
a.    Anamnesis
•    Umur ibu
•    Riwayat HPHT
•    Riwayat persalinan sebelumnya
•    Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
•    Kenaikan BB selama hamil
•    Aktivitas
•    Penyakit yg diderita selama hamil
•    Obat²an yg diminum selama hamil
b.    PF
•    BB <2500 g
•    Tanda² prematuritas (pd bayi kurang bulan)
•    Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
c.    PP
•    Pemeriksaan skor ballard
•    Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
•    Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan AGD
•    Foto dada ataupun baby gram diperlukan pd bayi baru lahir dg umur kehamilan kurang bulan dimulai pd umur 8 jam atau didpt/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
Taksiran maturitas. Mengetahui dg tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus sangat penting krn:
•    Penting untuk penatalaksanaan tiap neonatus, terutama bayi BBLR scr individu
•    Faktor maturitas bayi sangat berpengaruh pd morbiditas dan mortalitas perinatal
•    Sangat penting untuk menilai tingkat perkembangan bayi prematur
•    Penelitian fisiologis neonatus dilakukan dg mempertimbangkan lamanya masa gestasi

Cara menaksir umur dan lamanya masa gestasi bayi pd saat bayi dilahirkan ialah:
a)    Menghitung lamanya masa gestasi dg menggunakan perhitungan HPHT. Harus waspd terhadap tanggal HPHT yg dpt salah , selalu ada variasi waktu antara HPHT dan ovulasi , kemungkinan terjadinya ‘time lag’ antara koitus yg menyebabkan kehamilan dan ovulasi atau antara ovulasi dan koitus
b)    Penilaian ukuran antropometrik
BB lahir merupakan index yg terburuk untuk menentukan masa gestasi neonatus. Hal ini disebabkan BBL sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. BBL ≤2500 g  tidak dpt dipandang sbg unit yg homogen. Bayi BBLR dpt merupakan bayi prematur murni atau dismatur. Jadi lama masa gestasi untuk bayi BBLR sangat bervariasi
Ukuran antropometrik lain yaitu ‘crown heel length’, lingkaran kepala, diameter oksipito-frontal, diameter biparietal dan panjang badan. Menurut Finnstrom, ukuran lingkaran kepala punya korelasi baik dg lamanya masa gestasi. Untuk itu ia menemukan confidence limit kira² 26,1 hari. Selain itu mengajukan rumus sbb:

c)    Pemeriksaan radiologis dpt diketahui lamanya masa gestasi dg meneliti pusat epifisis
d)    Motor conduction velocity dg mengukur ‘motor conduction velocity’ dari nervus ulnaris
e)    Pemeriksaan EEG
f)    Penilaian karakteristik fisis
Kriteria eksternal yg dpt dinilai untuk menentukan masa gestasi neonatus ialah: bentuk putting susu, ukuran mama, plantar creases, rambut kepala, transparasi kulit, membran pupil, alat kelamin, kuku dan tulang rawan telinga.

8.    P Penatalaksanaan (kecukupan gizi dan cairan)
9.    P komplikasi
10.    P prognosis
Makin muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian, asfiksia / iskemia otak, sind. gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia).
Prognosis juga tergantung social ekonomi, pendidikan ortu dan ANC, persalinan dan postnatal.

11.    P problem yang dialami oleh BBLR (yang early)?

PENYAKIT PADA PREMATURITAS DAN DISMATURITAS
 

DIVING REFLEKS
Diving refleks adalah refleks yang melibatkan adaptasi kardiovaskular dan metabolik untuk menghemat oksigen, yang terjadi pada hewan selama menyelam di dalam air,diamati pada reptilia, burung, dan mamalia termasuk manusia.
Sumber: KAMUS KEDOKTERAN DORLAND


PREMATUR
1.    Bagaimana tafsiran neonatus
Untuk menentukan apakah prematur, matur normal, KMK, atau besar untuk masa kehamilan, dapat dipakai tabel growth of weight against gestation. Pada berat bayi matur normal dan bayi prematur terletak diantara 10% dan 90%. Pada bayi KMK beratnya dibawah 10%. Bila bayi berada diatas 10% disebut BMK Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
2.    Problem2 yang dialami oleh bayi premature?
    Suhu tubuh yang tidak stabil
    Gangguan pernapasan
    Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
    Immatur hati  hiperbilirubinemia dan def. vit. A
    Ginjal yang immatur, baik anatomi atau faal
    Perdarahan  pembuluh darah yang rapuh dan kurangnya faktor pembekuan
    Gangguan imunologik
    Perdarahan intraventikuler
Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta. 2005
    Gangguan retardasi pertumbuhan

a.    Komplikasi
-    otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
-    jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru
-    gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
-    ginjal : tubular nekrosis akut, siadh
-    hematologi : dic

Dismaturitas.
Akibat BBLR
a.    Ketidakstabilan suhu
•    Peningkatan hilangnya panas
•    Kurangnya lemak subkutan
•    Rasio luas permukaan terhadap BB yg besar
•    Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yg tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil
b.    Kesulitan pernafasan
•    Defisiensi surfaktan paru
•    Resiko aspirasi belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap dan refleks menelan
•    Thoraks yg dpt menekuk dan otot pembantu respirasi yg lemah
•    Pernafasan yg peiodik dan apnea
c.    Kelainan GI dan nutrisi
•    Refleks isap dan telan yg buruk terutama sebelum 34 minggu
•    Motilitas usus yg menurun
•    Pengosongan lambung tertunda
•    Pencernaan dan absorbsi vitamin yg larut dalam lemak kurang
•    Defisiensi enzim laktase pd brush border usus
•    Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh
d.    Imaturitas hati
•    Konyugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
•    Defisiensi faktor pembekuan yg bergantung pd vitamin K
e.    Imaturitas ginjal
f.    Imaturitas imunologis
•    Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
•    Fagositosis terganggu
•    Penurunan faktor komplemen
g.    Kelainan nuerologis
•    Refleks isap dan telan yg immatur
•    Penurunan motilitas usus
•    Kejang
•    Hipotonia
h.    Kelainan kardiovaskuler
•    PDA
•    Hipotensi/hipertensi
i.    Kelainan hematologis
•    Anemia
•    Hiperbilirubinemia
•    DIC
•    HDN (hemorragic disease of the newborn)
j.    Metabolisme
•    Hipokalsemia
•    Hipoglikemia atau hiperglikemia

Proses Normal Tumbuh Kembang Janin
a.    Periode embrionik
Pd periode ini terjadi pembentukan organ². Gangguan pertumbuhan pd periode ini dpt menyebabkan kelainan kongenital (akibat Rubela, obat: talidomide berupa fokomelia, amelia) atau abortus
b.    Periode janin dini
Pd periode ini implantasi hasil konsepsi pd dinding uterus telah sempurna. Organogenesis telah selesai dan mulai terjadi akselerasi pertumbuhan. Organ² tubuh mulai berfungsi walaupun masih imatur. Bahaya abortus berkurang
c.    Periode janin akhir
Terdpt pertumbuhan yg cepat dari tubuh sehingga didpt pertambahan BB maksimal.Dlm periode ini terjadi penyelesaian persiapan untuk hidup di luar uterus. Bahaya utama ialah infeksi partus, prematuritas, dismaturitas, asfiksia dan kematian janin intra uterin.
d.    Periode parturien
Janin telah siap hidup di luar uterus. Untuk itu janin telah cukup mendpt perlindungan untuk dpt melewati jalan lahir dg aman. Bahaya utama ialah hipoksia infeksi dan trauma kelahiran
e.    Periode neonatal
Dlm periode ini terjadi adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstra uterin. Misalnya oksigen yg semula diperoleh janin dari darah ibu sekarang diperoleh mll pertukaran gas dlm paru. Demkian pula zat makanan yg tadinya diperoleh mll plasenta, sekarang harus diperolehnya mll absorbsi dari traktus digestivus.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails