Halaman

Selasa, 25 Oktober 2011

Trauma Ginjal, Trauma Ureter, Trauma VU, dan Trauma Urethra

LBM 5
STEP 1
Hematuri             : adanya sel darah merah didalam urin. N= 0-1 / LPB
Hematom            : timbunan darah di jaringan interstitial karena adanya pecahnya pembuluh darah sehingga timbul pembengkakan
Trauma                 : cidera dikarenakan suatu kekerasan
STEP 2
1.       Mengapa ditemukan hematuri (kencing berwarna merah)?
2.       Mengapa PF ditemukan : bengkak dan hematom pada pinggang kanan dan nyeri tekan
3.       Apa pemeriksaan penunjang?
4.       Kenapa dipasang kateter?
5.       Kemungkinan organ apa aja yang terkena benturan pada pinggang kanan?
STEP 3
1.       Mengapa ditemukan hematuri (kencing berwarna merah)?
Karena  mungkin ada trauma yg mencederai dari organ” dari system urogenital, missal trauma dekat alat vital.
Congenital :
Penyakit Ginjal Polikistik Autosom Resesif
Juga dikenal sebagai penyakit polikistik infantil, gangguan autosom resesif yang jarang ini mungkin tidak terdeteksi sampai sesudah masa bayi. Selain kista pada 
ginjal, kista juga dapat ditemukan di dalam hati, pada penyakit hati yang bermakna.
PATOLOGI
Kedua ginjal sangat membesar dan secara makroskopis menampakkan banyak sekali kista di seluruh korteks dan medula. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan bahwa “kista-kista” merupakan dilatasi duktus kolektivus. Interstitium dan sisa tubutus mungkin normal pada saat lahir, tetapi perkembangan fibrosis inierstisial dan atrofi tubulus dapat mengakibatkan 
gagal ginjal.
Sebagian besar penderita juga mempunyai kista di dalam hati. Pada kasus-kasus yang berat, kista dalam hati dapat dihubungkan dengan sirosis, hipertensi porta, dan kematian karena varises esofagus. Apabila keparahan manifestasi butt melebihi keparahan manifestasi keterlibatan ginjal, gangguannya disebut fibrosis hati kongenital. Apakah penyakit polikistik infantil dan fibrosis ban kongenital merupakan ujung spektrum dari sebuah gangguan tunggal yang berlawanan atau gangguan autosom resesif tersendiri dengan manifestasi yang serupa, masih harus tetap ditentukan.

Renmobilis : lemak periren tipis
Ginjal polikistik

Dari infeksi,tumor jinak,batu saluran kemih juga,congenital, dan trauma(paling memungkinkan karena setelah mengalami kecelakaan)
infeksi   :
Diduga pemicu antigen terhadap antibody khusus kemudian akan bersirkulasike glomerulus mnybabkan kompleks antigen anti body terperangkat ke membrane basalit mnyebabkan peradangan dan menarik sel pmn>> fagositosis>>enzim lisosim>>merusak sel” endotel>>kebocoran meningkat>>protein dan sel darah merah keluar melalui urin.
Tumor jinak/ganas          : terbentuk neo vaskuler (ganas) , papiloma rupture (jinak)
                                                                Ciri” tumor jinak dan ganas
Trauma                 : bedakan antara ginjal dan ureter (letak)
TRAUMA UROGENITAL
1.      Trauma ginjal
a.       Etiologi
Cedera Ginjal dapat terjadi secara
1)      Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang
2)      Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga peritoneum
Jenis cedera ini dapat merupakan cedera tumpul, luka tusuk, atau luka tembak
b.      Derajat trauma
Derajat
Jenis Kerusakan
Derajat I
Kontusio ginjal / hematoma perirenal
Derajat II
Laserasi ginjal terbatas pada korteks
Derajat III
Laserasi ginjal sampai pada medulla ginjal, mungkin terdapat trombosis arteri segmentalis
Derajat IV
Laserasi sampai mengenai sistem kalises ginjal
Derajat V
-          Avulsi pedikel ginjal, mugkin terjadi trombosis arteri renalis
-          Ginjal terbelah

Berat ringannya kerusakan pada ginjal, yaitu :
1.      Cedera minor : kontusio ginjal dan laserasi minor parenkim ginjal
2.      Cedera major : laserasi major (terjadinya kerusakan pada system kaliks) dan fragmentasi parenkim ginjal
3.      Cedera pedikel ginjal : cedera pembuluh darah yg merawat ginjal

c.       Patologi
Kontusio
Rupture simpai
Laserasi parenkim (terbatas, sampai pielum, total/fragmentasi ginjal), putusnya pedikel ginjal.
d.      Gambaran klinik
Trauma tumpul : ditemukan jejas di daerah lumbal, sedangkan pada trauma tajam tampak luka.
Palpasi : nyeri tekan, ketegangan otot pinggang, sedangkan massa jarang teraba.
Nyeri abdomen umumnya ditemukan pada daerah pinggang atau perut bagian atas, dengan intensitas nyeri yang bervariasi.
Fraktur tulang iga terbawah, hematuri makroskopis dan mikroskopis
e.       Diagnosis
Trauma derajat ringan :
a.       Nyeri di daerah pinggang
b.      Jejas berupa ekimosis
c.       Hematuri makroskopik atau mikroskopik

Trauma major atau rupture pedikel :
a.       Syok berat
b.      Hematom di daerah pinggang yg makin lama makin besar
Pada keadaan ini pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan PIV sehingga harus segera dilakukan ekslorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan
Pemeriksaan PIV dilakukan jika ada :
1.      Luka tusuk atau tembak yg mengenai ginjal
2.      Cedera tumpul yg memberikan tanda hematuri makroskopik
3.      Cedera tumpul ginjal yg memberikan tanda hematuri mikroskopik dengan disertai syok
Pemeriksaan USG untuk :
1.      Kontusio parenkim atau hematom subkapsuler
2.      Robekan dari kapsul ginjal
Pemeriksaan Ct scan dapat menunjukkan :
1.      Robekan jaringan ginjal
2.      Ekstravasasi kontras yg luas
3.      Nekrosis jaringan ginjal
4.      Ada trauma pada organ lain

1.      trauma pinggang, punggung, dada bawah, perut atas,+ nyeri/jejas
2.      hematuria
3.      fraktur costa bawah(T8-12), fr.proc.spinosus vertebra.
4.      trauma tembusà abdomen, pinggang
5.      cedera deselerasi akibat kecelakaan
6.      ditanyakan mekanisme cedera
§ trauma ringanànyeri pinggang, jejas ekimosis, hematuri
§ trauma mayorà syok, hematom daerah pinggang

f.       Penatalaksanaan
90% trauma tumpul berupa cedera minor seperti kontusio ginjal dan laserasi parenkim superficial à tidak memerlukan tindakan bedah.
Tindakan konservatif : istirahat di tempat tidur, analgesic untuk menghilangkan nyeri, dan observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi local, kadar hemoglobin, hematokrit serta endapan urin.
Bedah dilkukan bila : ada tanda perdarahan dengan syok yang tidak diatasi/perdarahan berat.
Indikasi laparotomi :
·         Perdarahan dengan keadaan syok yang sukar diatasi
·         Ekstravasasi kontras pada pielografi intravena
·         Cedera ginjal pada arteriografi atau CT scan
·         Perdarahan dari dalam pada cedera tajam.
Sumber : Wim De Jong

2.      Trauma ureter
a.       Etiologi
trauma tajam atau tumpul dari luar maupun iatrogenik (pasca bedah/endoskopi)
b.      Gambaran klinik
gejala biasanya tidak spesifik dan bisa timbul demam atau nyeri.
Bila terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada pinggang atau abdomen, fistel uretrokutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bila urin mesuk ke rongga intra peritoneal.
Cedera ureter bilateral ditemukan anuria.

Approximately 70-80% of iatrogenic injuries are diagnosed postoperatively. The presenting signs and symptoms may include flank pain (36-90%), fever and sepsis (10%), fistula (ureterovaginal and/or ureterocutaneous), urinoma, prolonged ileus, and renal failure from bilateral obstruction (10%). The presenting sign of an aortoureteric or graft-ureteric fistula may be mild-to-massive gross hematuria. In addition, silent obstruction may present later as hypertension and nephrotic syndrome. A careful physical examination may reveal costovertebral angle tenderness, peritoneal signs, mass, or fluid drainage from the wound or from the vagina.
Langsung : benturan pada ginjal
                                Trauma tajam
                                Trauma iatogenik dari oprasi
                                Trauma tumpul
Dipasang kateter : trauma lebih parah jika dipasang kateter, sbg focus infeksi
Pada trauma uretra berat, seringkali pasien mengalami retensi urine. Pada keadaan ini tidak diperbolehkan melakukan pemasangan kateter, karena tindakan pemasangan kateter dapat menyebabkan kerusakan uretra yang lebih parah.
Tindakan yang dilakukan pada cedera ureter tergantung pada saat cedera ureter terdagnosis. Keadaan umum pasien dan letak serta deajat lesi ureter. Tindakan yang dikerjaka mungkin :
a.      Ureter saling dihubungkan (anastomosis end to end)
b.      Inplantasi ureter ke buli-buli (neo-implantasi ureter pada buli-buli, flap boari, atau psoas hitch)
c.       Uretero-cutaneostomi
d.      Transuretero-ureterotomi (menyambung ureter dengan ureter pada sisi yang lain )
e.      Nefrostomi sebagai tindakan diversi atau nefrektomi.


Benturan ginjal>>peregangan>>robekan tunica intima arteri renalis >>memacu perdarahan
tidak langsung: pergerakan ginjal tiba” dalam rongga peritoneum
derajat trauma ginjal : grade 1
                                                grade 2
                                                grade 3 sampe 5
Batu di saluran kemih     :
ada batu>>mengenai dinding ureter(pada saat gerakan peristaltik)>>pembuluh darah terluka
Menyebabkan trauma pada mukosa saluran kemih>> px hematuri mikroskopik
Macros: urin yang berwarna merah
Micros : >3 pada LPB
Kandungan urin yang menyebabkan warna darahmenjadi coklat, zatnya apa?
Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudohematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan atau minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazina, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering trjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.

Hematuri pada awal miksi>>di uretra>>trauma pada mukosa jika padaakhir miksi>> uretra posterior>>kalo seluruhnya pada ureter dan VU

Hematuri pada awal miksi>>di uretra>>trauma pada mukosa jika padaakhir miksi>> uretra posterior>>kalo seluruhnya pada ureter dan VU
Batu di VU>>bisa refluk >>bias merusak ga?>>infeksi??

REFLUKS

Refluks vesicoureter(VUR) didefinisikan sebagai aliran urine retrogad dari vesica urinaria memasuki ureter terutama saat berkemih.VUR dpt diketahui dg menyuntikkan bahan kontras ke dlm vesica urinaria melalui kateter sampai VU mengalami distensi dan pasien ingin buang air kecil,kemudian dibuat radiogram serial mulai keadaan VU yg terdistensi serta pada saat dan setelah pasien berkemih.Seluruh tindakan ini dikenal dg nama sistouretrografi berkemih. VUR dikaitkan dg malformasi kongenital dari bag.ureter yg berada didlm VU, obstruksi pada bag.bwh VU(leher VU atau urethra) dan sistitis. VUR banyak ditemukan pd ank2 yg menderita UTI rekuren dan tampaknya cara organisme memasuki ginjal. Umumnya diakui bahwa aliran balik urine terinfeksi memasuki parenkim ginjal mengakibatkan terjadinya jaringan parut ginjal yg menonjol pada manusia(nefropati refluks)

  1. macam-macam
  1. berdasar kwantitas eritrosit dalam urine, kita mengenal eritrosituria dimana urine berwarna kuning sampai kuning tua dan gross hematuria bila perdarahan massif
  2. berdasarkan warna kita bias memperkirakan asal hematurinya
-          warna merah segar, berarti perdarahan dari lower tract atau kadang-kadang dari buli bila perdarahan masif
warna kecoklatan sampai kehitaman, berarti darah sesudah bercampur dengan urine cukup lama, bisanya perdarahan dari ginjal dan ureter (upper tract) maupun dari bulli (midtract)

Kelainan hematogen lain (trombositopeni) kalo dari uretra warna darah muda, kalo dari ureter warna darah tua.
2.       Mengapa PF ditemukan : bengkak dan hematom pada pinggang kanan dan nyeri tekan
Trauma langsung menyebabkan darah ke intersisial>>bengkak>>hematom>>menekan saraf pleksus aortikorenal berjalan bersama arteri renalis
3.       Apa pemeriksaan penunjang?
Urin rutin
IVU : ada luka tusuk pada ginjal
        Ada cidera tumpul pada ginjal
        Cidera tumpul yang memberikan mikroskopik dengan disertai syok
        Dosis 2 ml/kg bb
USG :jika pasien tidak syok
        Ada tidaknya robekan pada kapsula ginjal
Imaging
MRI
Arteriografi
CT scan        
Sistografi
Jelaskan indikasi masing” pemeriksaan berdasarakan kasus yang ada di saluran kemih

TRAUMA GINJAL

·         80 % karena trauma tumpul abdomen.
·         8%-10 % nyata secara klinis.
·         1%-3% trauma pada a. Renalis.
·         Kelainan ginjal sebelumnya, ginjal lebih rentan terhadap trauma.
·         Gejala utama: nyeri pinggang, hematuria, gejala-gejala syok.
Derajat trauma ginjal berdasar CT Scan :
·         I.Kontusio/hematom subkapsuler yang tidak meluas dan tanpa lacerasi.
·         II.Hematom perirenal yang tidak meluas atau lacerasi kortek kurang dari 1 cm, tanpa ekstravasasi urin.
·         III.Hematom perinefrik lebih luas, lacerasi lebih dari dari 1 cm, tanpa ekstravasasi urin.
·         IV. Laserasi melampaui corticomedullary junction dan sampai ke collecting system atau arteri/vena renalis segmental dengan perdarahan di dalamnya.
·         V. Ruptur ginjal/avulsi pedikel ginjal.
       Pemeriksaan imaging:
·         FPA
·         USG
·         IVP
Indikasi:
o   Infeksi.
o   Tumor.
o   Trauma.
o   Mencari kausa kolik abdomen.
Kontraindikasi:
o   Absolut: Alergi.
·         Relatif: - Diabetes insipidus.
               - Multipel Mieloma.
               - Hipotensi.
               - Kehamilan. 
·         Cara pemeriksaan:
o   Lakukan BNO.
o   Pasang infus.
o   Lakukan test kontras: suntik
   kontras.
o   Dilakukan pengambilan foto (5, 15,
   30/45 menit, post miksi).
·         TAHAPAN
o   Fase nefrogram (diambil pada menit ke 5).
§  Kontur ginjal.
§  Fungsi ekskresi ginjal.
§  Sistem PCS.
o   Fase pielogram (diambil pada menit ke 15).
§  Fase dimana kontras sudah mengisi 
   PCS dan ureter.
§  Normal: ada bagian yang tidak
   terlihat.
§  Abnormal: bila semua ureter terlihat.
o   Fase sistogram  (diambil pada menit ke 30/45).
§  Untuk menilai vesica urinaria.
§  Dinilai: dinding, filling defek, indentasi,
   additional shadow, ekstravasasi
   kontras.
o   Fase post miksi
o   Pasien disuruh kencing, setelah
   itu difoto.
o   Untuk melihat fingsi
   pengosongan.



·         CT SCAN
·         ARTERIOGRAFI
·         MRI
·         RADIONUKLIR
1.       INTRAVENOUS PYELOGRAFY
·         Memberikan hasil yang negatif pada 21-34 % kasus trauma ginjal dan ureter.
·         Kalau (+), sering non spesifik dan sulit menentukan tingkat beratnya trauma.
·         Penurunan ekskresi media kontras: tanda non spesifik dari kontusio sampai crush injury.
·         Ekstravasasi kontras, berhubungan dengan kerusakan sistem pielokaliks.
·         Ekstravasasi masif yang tidak disertai injuri parenkim dan bila ureter tidak tampak: putusnya sistem pielokaliks pada pelvicouretero junction.
·         Tidak tampaknya salah satu ginjal: putusnya a.renalis.


2.       ULTRASONOGRAFI
·         Hematom subkapsuler: hipoekoik.
·         Ruptur: diskontinuitas parenkim berupa pita, sering tidak terdeteksi dengan USG.
·         Kontusio renalis yang berat dengan perdarahan intraparenkim dan edem, kadang tak tampak kelainan pada USG.
·         Putusnya pembuluh darah: tidak dapat didiagnosis dengan USG.

3.       CT SCAN
·         Kontusio tervisualisasi lebih jelas.
·         Lokasi dan ukuran laserasi lebih akurat.
·         Hematom eksrarenal lebih mudah dideteksi.
·         CT > sensitif dari USG dalam mengidentifikasi ekstravasasi kontras.
·         3 pola dasar yang dapat diperiksa: kontusio, laserasi dan infark.
·         Kontusio: sedikit enhancement pada pemberian kontras.
·         Hematom: intrarenal, subkapsuler, perirenal, pararenal.
·         Laserasi: diskontinuitas jaringan ginjal.
·         Infark: area non perfusi berbentuk seperti kampak.
HEMATOM SUBKAPSULER


LASERASI GINJAL

INFARK
LASERASI AMAPAI KE MEDULA TAK SAMPAI KE PCS
LASERASI SAMPAI MEDULA DAN PCS
LASERASI GINJAL MULTIEPEL


4.       ANGIOGRAFI
·         INDIKASI: hasil pemeriksaan CT Scan meragukan, perdarahan yang memungkinkan terjadi emboli.
·         Robekan parenkim dan kontusio: area non perfusi.
·         Hematom intrarenal: mendorong pembuluh darah sekitar.
·         Putusnya pembuluh darah: tidak adanya perfusi.
TRAUMA TUR BAGIAN BAWAH
·         5 -10 % fraktur pelvis berhubungan dengan kerusakan VU.
·         70 % injuri VU terjadi pada pasien dengan fraktur pelvis.
·         10 % pasien fraktur pelvis dapat terjadi injuri uretra.
·         Biasanya pada uretra posterior.
·         GEJALA KLINIS :
o   Gross hematuria.
o   Iritasi peritoneum akibat ruptur VU intraperitoneal.
o   Flegmon urin akibat ruptur VU ekstraperitoneal: pembengkakan nyeri di atas simpisis dan edem scrotum.
o   Ketidakmampuan miksi, keluarnya darah dari meatus uretra: akibat dari injuri uretra.



5.       SISTOGRAFI
·         RUPTUR VU INTRAPERITONEAL
o   Ekstravasasi kontras ke kavum peritoneum.
o   Mengalir sekitar kontur usus, menyebar ke sulkus parakolika, mengumpul di daerah subfrenik dextra, subhepatika, inframesokolika dextra-sinistra.
·         RUPTUR VU EKSTRAPERITONEAL
o   Ekstravasasi kontras ke jaringan lunak sekitar (bentuk seperti bulu).
o   Kontras menyebar ke dinding abdomen anterior pada spasium retropubikum, mengalir ke arah paha.
o   Dapat mengumpul di jaringan lemak anterior m. Psoas, dapat naik secara retrograd sampai setinggi ginjal.
o   Injuri pada diafragma UG: kontras masuk ke scrotum.
EKSTRAPERITONEAL


INTRAPERITONEAL


6.       RETROGRAD URETROGRAFI
o   Putusnya uretra secara komplit, mencegah media kontras masuk vesica urinaria.
o   Kontras mengumpul di: spasium retropubikum, jaringan paraprostatika, spasium retroprostatika.
o   Memeriksa  uretra dan vesica
   urinaria
o   Kontras yang yang digunakan
   kontras iod.
o   Masuknya kontras melalui OUE.
o   Dapat menilai letak striktur uretra.



7.       MIKSI SISTOURETROGRAFI
o   Memeriksa uretra dan vesica
   urinaria.
o   Kontras yang dipergunakan kontras
   iod.
o   Dapat menilai refluks vesicoureter.

8.       BIPOLER URETROSISTOGRAFI
o   Memeriksa uretra dan vesica
   urinaria.
o   Kontras yang dipergunakan
   kontras iod.
o   Dapat menilai letak dan panjang
   striktur.


9.       USG
o   Untuk menampilkan cairan perivesical yang abnormal, yang berhubungan dengan ruptur VU, tetapi tidak untuk menjelaskan ruptur itu sendiri
o   Menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi/gelombang ultrasonik (1 – 10 MHz).
o   KELEBIHAN
o   Lebih cepat.
o   Tidak perlu persiapan khusus.
o   Aman.
o   Non invasif, tidak sakit.
o   Fleksibel.
o   Relatif lebih murah.
o   KELEMAHAN
o   Kesulitan pada orang gemuk.
o   Organ yang mengandung udara
  dan organ di bawah tulang tidak
  dapat dicitrakan.
o   Tidak bisa menilai fungsi.
o   Operator dependen.
o   Pada luka/infeksi              rasa sakit.




10.   CT SCAN
o   Sensitif dalam mendeteksi injuri vesica urinaria.
o   Dapat untuk konvirmasi ruptur VU dengan menampilkan ekstravasasi kontras, tapi VU harus terdistensi.

4.       Kenapa dipasang kateter?
Menilai hematuri
Karena mau dilakukan UVI
Indikasi dan kontra indikasi pemasangan kateter
5.       Kemungkinan organ apa aja yang terkena benturan pada pinggang kanan?
Ginjal
VU
Ureter
Colon ascendens
Hepar

Komplikasi trauma pada saluran kemih
Striktura uretra (indonesiaa raya merdeka)
                Definisi
                etiologi
                Diagnosis

STRIKTUR URETHRA
ETIOLOGI
Striktur uretra dapat disebabkan oleh setiap peradangan kronik atau cedera. Radang karena gonore merupakan penyebab penting, tetapi radang lain yang kebanyakan disebabkan penyakit kelamin lain, juga merupakan penyebab uretritis dan periuretritis. Kebanyakan striktur ini terletak di uretra pars membranasea, walaupun juga bisa ditempat lain.
Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dan karena cedera langsung, misalnya pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda lelaki sehingga terjadi cedera kangkang. Yang juga tidak jarang terjadi ialah cedera iatrogenik akibat kateterisasi atau instrumentasi
abel 1. Letak Striktur Uretra dan Penyebabnya
Letak Uretra
Penyebab
Pars membranasea
Pars bulbosa
Meatus
Trauma panggul, kateterisasi “salah Jalan”.
Trauma/ cedera kangkang, uretritis.
Balanitis, instrumentasi kasar.

GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan kemudian timbul sebagai sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti digambarkan pada hipertrofi prostat5.
Gejala klinis yang sering ditimbulkan oleh striktur antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang menurun, frekuensi kemih yang abnormal, rasa tidak nyaman, hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut, pengosongan kantung kemih yang tidak puas.
1.      Definisi
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)
2.      Etiologi
a.       Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan striktura uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang jarang dijumpai karena banyak pemakaian antibiotika untuk memberantas uretritis.
b.      Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi atau tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati.
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)
3.      Patoflsiologi
Proses radang akibat tramua atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan sikatrilk pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktura) dan akhimya mengumpul di rongga periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periuretra yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadan tertentu dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)
Derajat Penyempitan Uretra
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu derajat:
a.       Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
b.      Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan 1/2diameter lumen uretra
c.       Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari 1/2diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum, yang dikenal dengan spongiofibrosis.
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails