Halaman

Jumat, 21 Mei 2010

WAJAH BERJERAWAT

LBM 5 MDL 7

SGD 8

STEP 1

Status dermatologi=

  • Status keadaan atau sejarah kulit seseorang

Komedo=

  • suatu lesi non inflamasi jerawat terdiri, atas suatu sumbat keratin dlm orifisum terdilatasi dari suatu folikel rambut.
  • Merupakan gejala dari akne yang ditandai papul miliar yg ditengahnya terdapat sebum (bisa berwarna putih atau hitam) yg timbul akibat proses keratinisasi.


 

Sebum=

  • Sekret (minyak) yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea.


 

Adneksa kulit=

  • Organ tambahan, terdiri dari kuku, rambut dan kelenjar( sudorifera dan sebasea).

Pemeriksaan histopatologi anatomi=

  • Periksaan struktur sel jaringan secara mikroskopis.

Spesimen biopsi=

  • Sediaan yang diambil dari irisan bagian tubuh untuk pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.


 

Folikel sebasea=

  • Kelenjar minyak.

Predeleksi=

  • Lokasi terjadinya lesi.


 


 


 

STEP 2

"KELAINAN ADNEKSA KULIT"


 

STEP 3

Anatomi kulit=

Struktur Kulit:

  • Epidermis

Adneksa:

  1. Kelenjar:

    Keringat (sudorifera):

  • Ekrin:

    -Kelenjar yg tersebar diseluruh permukaan kulit yang ditandai dg sekret encer,

    -di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila

    -Sekresi Tergantung faktor saraf kolinergik faktor panas dan stres emosional.

  • Apokrin:

    -Sekretnya lebih kental

    -letaknya lebih dalam dari ekrin

    -letaknya pada aksila, areola mamae, labia minor, pubis, saluran telinga luar

    -Kelenjar yg aktif pada masa pubertas.

    Fungsi=

    -Untuk melembabkan kulit

    -mengatur suhu tubuh


     

  • Minyak (sebasea)
    • Letaknya seluruh kulit kecuali telapak tangan dan kaki, disamping akar rambut.
    • Sekretnya berasal dari dekomposisi sel2 kelenjar, tidak berlumen disebut "kelenjar holokrin".
    • Dipengaruhi hormon androgen.
    • Pada pubertas lebih besar dan berfungsi secara aktif.

      Fungsi=

      -Untuk sekresi sebum, sebum yang berfungsi sbg pertahanan tingkat 1 sawar fisik.

      -Melembabkan kulit dan rambut


 


 

  1. Rambut
  2. Kuku


     

  • Dermis
  • Subkutis

Macam-macam kelainan: definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis.!!!!!!!

  • Kelenjar sudorifera

    Apokrin:

    Hidradenitis supurativa

    Kromhidrosis

    Bromhidrosis


     

    Ekrin:

    Hiperhidrosis

    Anhidrosis

    Miliaria

        Kristalina

        Rubra

    Profunda


     

    Dishidrosis


     

  • Kelenjar sebasea

    Akne

        Vulgaris

        Venenata

        Komedonal


     

    Rosasea

    Dermatitis Perioral


     


     

  • Rambut

    Alopecia Areata

    Alopecia androgenik

    Efluvium Telogen

    Trikotilomania


     

  • Kuku

    Dermatosis yang menyebabkan kelainan

        Paronikia

        Onikomikosis

        Psoriasis

        Penyakit darier


     

    Menurut penyakit kuku

    Hipokratik finger

    Shell nail syndrome

    Koilonika

    Onikauksis

    Onikogrifosis

    Anonikia

    Onikoatrofi

    Onikolisis

    Pakionikia

    Beau's lines

    Onikoreksis

    Hapalonikia

    Nail-patella-elbow syndrom

    Median nail dystrophy

    Pterygium unguis

    Hang nail

    Onikofagia

    Onikopilomania


     

Menurut perubahan warna kuku

    Green nails

    Black nails

    Brown nails

    Yellow nails

    White nails

        

    
 


 


 

STEP 4

Map mapping..........................................


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

STEP 5

Anatomi kulit:

Struktur Kulit:

  • Epidermis

Adneksa:

  1. Kelenjar:

    Keringat (sudorifera):

  • Ekrin:

    -Kelenjar yg tersebar diseluruh permukaan kulit yang ditandai dg sekret encer,

    -di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila

    -Sekresi Tergantung faktor saraf kolinergik faktor panas dan stres emosional.

  • Apokrin:

    -Sekretnya lebih kental

    -letaknya lebih dalam dari ekrin

    -letaknya pada aksila, areola mamae, labia minor, pubis, saluran telinga luar

    -Kelenjar yg aktif pada masa pubertas.

    Fungsi=

    -Untuk melembabkan kulit

    -mengatur suhu tubuh


     

  • Minyak (sebasea)
    • Letaknya seluruh kulit kecuali telapak tangan dan kaki, disamping akar rambut.
    • Sekretnya berasal dari dekomposisi sel2 kelenjar, tidak berlumen disebut "kelenjar holokrin".
    • Dipengaruhi hormon androgen.
    • Pada pubertas lebih besar dan berfungsi secara aktif.

      Fungsi=

      -Untuk sekresi sebum, sebum yang berfungsi sbg pertahanan tingkat 1 sawar fisik.

      -Melembabkan kulit dan rambut


 


 

  1. Rambut
  2. Kuku


     

  • Dermis
  • Subkutis

Macam-macam kelainan: definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis.!!!!!!! (LI)

  • Kelenjar sudorifera

    Apokrin:

  1. Hidradenitis supurativa (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  2. Kromhidrosis
  3. Bromhidrosis


 

Ekrin:

  1. Hiperhidrosis
  2. Anhidrosis
  3. Miliaria (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  • Kristalina
  • Rubra
  • Profunda


 

  1. Dishidrosis


 

  • Kelenjar sebasea
  1. Akne (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  • Vulgaris
  • Venenata
  • Komedonal


 

  1. Rosasea (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  2. Dermatitis Perioral (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis


 


 

  • Rambut
    • Alopecia Areata
    • Alopecia androgenik
    • Efluvium Telogen
    • Trikotilomania


       

  • Kuku
  1. Dermatosis yang menyebabkan kelainan
  • Paronikia (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  • Onikomikosis
  • Psoriasis
  • Penyakit darier


 

  1. Menurut penyakit kuku
  • Hipokratik finger
  • Shell nail syndrome
  • Koilonika
  • Onikauksis
  • Onikogrifosis
  • Anonikia
  • Onikoatrofi
  • Onikolisis
  • Pakionikia
  • Beau's lines
  • Onikoreksis
  • Hapalonikia
  • Nail-patella-elbow syndrom
  • Median nail dystrophy
  • Pterygium unguis
  • Hang nail
  • Onikofagia
  • Onikopilomania


     

  1. Menurut perubahan warna kuku
  • Green nails
  • Black nails
  • Brown nails
  • Yellow nails
  • White nails


 

STEP 6

Belajar mandiri........................................

STEP 7    

Anatomi kulit:

Struktur Kulit:

  • Epidermis

Adneksa:

  1. Kelenjar:

    Keringat (sudorifera):

  • Ekrin:

    -Kelenjar yg tersebar diseluruh permukaan kulit yang ditandai dg sekret encer,

    -di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila

    -Sekresi Tergantung faktor saraf kolinergik faktor panas dan stres emosional.

  • Apokrin:

    -Sekretnya lebih kental

    -letaknya lebih dalam dari ekrin

    -letaknya pada aksila, areola mamae, labia minor, pubis, saluran telinga luar

    -Kelenjar yg aktif pada masa pubertas.

    Fungsi=

    -Untuk melembabkan kulit

    -mengatur suhu tubuh


     

  • Minyak (sebasea)
    • Letaknya seluruh kulit kecuali telapak tangan dan kaki, disamping akar rambut.
    • Sekretnya berasal dari dekomposisi sel2 kelenjar, tidak berlumen disebut "kelenjar holokrin".
    • Dipengaruhi hormon androgen.
    • Pada pubertas lebih besar dan berfungsi secara aktif.

      Fungsi=

      -Untuk sekresi sebum, sebum yang berfungsi sbg pertahanan tingkat 1 sawar fisik.

      -Melembabkan kulit dan rambut


 


 

  1. Rambut
  2. Kuku


     

  • Dermis
  • Subkutis

Macam-macam kelainan: definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis.!!!!!!! (LI)

  • Kelenjar sudorifera

    Apokrin:

  1. Hidradenitis supurativa (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

Definisi : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada kulit lokasi kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital.

Etiopatogenesis : pada awalnya terjadi sumbatan keratin pada duktus apokrin distal diduga karena gesekan (trauma ketika mencukur rambut atau pakaian yang ketat) atau iritasi bahan kimia (anti persipiran deodoran), selanjutnya terjadi pelebaran duktus, diikuti masuknya bakteri ( yang tersering stapilokokus, streptokokus dan e. Coli) yang kemudian terjebak di bawah tempat yang tersumbat. Bakteri tumbuh dan berkembang dengan lingkungan nutrisi dalam duktus apokrin. Selanjutnya terjadi peradangan yang menyolok pada kelenjar apokrin yang tersumbat.

Manifestasi klinik : Awalnya terjadi bisul eritem yang nyeri tanpa puncak pustuler, pada daerah apokrin. Biasanya soliter, jika multiple jarang lebih dari tiga. Dalam beberapa hari menjadi abses yang membesar dan tanpa terapi akan pecah mengeluarkan cairan purulen atau seropurulen, pada penyembuhan terjadi fibrosis. Secara keseluruhan terdapat tiga stadium :

  • Stadium I

    Terjadinya abses soliter, atau bila multipel biasanya terpisah, tanpa ada jaringan parut atau sinus. (sendiri).

  • Stadium II

    Terjadinya abses yang rekuren dengan sinus-sinus dan sikatrik, dapat tunggal atau multipel tapi lesi masih terpisah. (berulang).

  • Stadium III

Terjadinya absesyang difus dengan sinus-sinus multipel dan saling berhubungan

    


 

  • DD

    Skrofuloderma. Pada hidradenitis supurativa pada permulaan disertai tanda-tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi.

  • Pengobatan

    Antibiotik sistemik. Jka telah terbentuk abses maka diinsisi. Bila belum melunak diberi kompres terbuka. Jika pada kasus yang kronik residif maka kelenjar apokrin dieksisi.


     

  1. Kromhidrosis

    Adalah sekresi keringat apokrin yang berwarna. Terjadi karena peningkatan ekskresi keringat apokrin yang berlebihan disertai oksidasi yang meningkat pada lipofuchin (pigmen bentuk granula normal pada kelenjar apokrin)


     

  2. Bromhidrosis
  • Definisi : keadaan dimana bau yang menusuk hidung keluar dari kulit
    • Bromhidrosis apokrin : akibat penguraian keringat apokrin oleh bakteri Gram -
    • Bromhidrosis ekrin : akibat degradasi mikrobiologik stratum korneum yang melunak karena produksi keringat ekrin yang berlebihan

    Shannaz Nadia Idris, Erdina HDP, A. Kosasih. Bagian/UPF Penyakit Kulit dan Kelamin/FKUI/ Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

  • Penatalaksanaan :
  1. Menghambat perspirasi
  2. Menjaga agar perspirasi tidak sampai ke kulit
  3. Menghapus keringat dari permukaan kulit
  4. Mencegah dekomposisi bakteri dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
  5. Menutupi bau ketiak dengan bau yang enak

Shannaz Nadia Idris, Erdina HDP, A. Kosasih. Bagian/UPF Penyakit Kulit dan Kelamin/FKUI/ Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

  • Prognosis :

    Lamanya penyakit bromhidrosis apokrin maupun bromhidrosis ekrin tidak dipengaruhi dengan bertambahnya umur. Bila diobati, prognosis kedua bromhidrosis ini baik

    Shannaz Nadia Idris, Erdina HDP, A. Kosasih. Bagian/UPF Penyakit Kulit dan Kelamin/FKUI/ Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta


     


     

    Ekrin:

  1. Hiperhidrosis
  • Definisi

Hiperhidrosis adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan sekresi keringat ekrin, dibagi dua jenis neural dan non neural berdasarkan mekanisme kerja dan respon yang ditimbulkan.

  • Epidemologi

    Daerah Tropis dan lembab

    Jarang terjadi pada orang tua

        

  • Gambaran Klinik

    Permukaan kulit terlihat membasah


     

  • Klasifikasi
  1. Neural
    1. Kortikal : Emosi à asetilkolin + à Rangsangan berkeringat +
    2. Hipotalamik : Rangsang berlebihan thdp hipotalamus
    3. Medular : Melibatkan reseptor rasa
    4. Spinal : Rangsang berlebih thdp medula spinal
  2. Non Neural
    1. Kompensasi : kelenjar keringat jd hiperaktif karena
      1. DM
      2. Miliaria


         

  • Pengobatan

    Lokal : ganti baju, pake baju yg menyerap

    Simpatektomi ( pemotongan saraf simpatif)

    Sistemik : Anti kolinergik, dsb

(IPK Dr. Marwali )


 

  1. Anhidrosis

Suatu keadaan hilangnya sebagian aktifitas kelenjar keringat. Karena jarang terjadi menyeluruh lebih tepat disebut hipohidrosis. Penyebab bisa neuropati, kelenjar dan idiopatik

Anhidrosis (hypohidrosis) dapat dibedakan menjadi:

  • Hypohidrosis yang meliputi daerah yang besar
    • Karena poral occlusion
    • Karena ketiadaan kelenjar keringat
    • Karena disfungsi kelenjar keringat
  • Hipohidrosis yang meliputi area yang kecil
    • Karena kerusakan pada kelenjar oleh infeksi, trauma, tumor, infiltrat inflamasi.
    • Terjadi pada incontinentia pigmenti dan dermatomal vitiligo


       

  1. Miliaria (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  • Kristalina
  • Rubra
  • Profunda

Background

Miliaria is a common disorder of the eccrine sweat glands that often occurs in conditions of increased heat and humidity. Miliaria is thought to be caused by blockage of the sweat ducts, which results in the leakage of eccrine sweat into the epidermis or dermis.1,2


The 3 types of miliaria are classified according to the level at which obstruction of the sweat duct occurs. In miliaria crystallina, ductal obstruction is most superficial, occurring in the stratum corneum. Clinically, this form of the disease produces tiny, fragile, clear vesicles. In miliaria rubra, obstruction occurs deeper within the epidermis and results in extremely pruritic erythematous papules. In miliaria profunda, ductal obstruction occurs at the dermal-epidermal junction. Sweat leaks into the papillary dermis and produces subtle asymptomatic flesh-colored papules. When pustules develop in lesions of miliaria rubra, the term miliaria pustulosa is used. Note the images below.


 

Pathophysiology

The primary stimuli for the development of miliaria are conditions of high heat and humidity that lead to excessive sweating. Occlusion of the skin due to clothing, bandages, transdermal medication patches,3
or plastic sheets (in an experimental setting) can further contribute to pooling of sweat on the skin surface and overhydration of the stratum corneum. In susceptible persons, including infants, who have relatively immature eccrine glands, overhydration of the stratum corneum is thought to be sufficient to cause transient blockage of the acrosyringium.

If hot humid conditions persist, the individual continues to produce excessive sweat, but he or she is unable to secrete the sweat onto the skin surface because of ductal blockage. This blockage results in the leakage of sweat en route to the skin surface, either in the dermis or epidermis, with relative anhidrosis.

When the point of leakage is in the stratum corneum or just below it, as in miliaria crystallina, little accompanying inflammation is present, and the lesions are asymptomatic. In contrast, in miliaria rubra, the leakage of sweat into the subcorneal layers produces spongiotic vesicles and a chronic periductal inflammatory cell infiltrate in the papillary dermis and lower epidermis. In miliaria profunda, the escape of sweat into the papillary dermis generates a substantial, periductal lymphocytic infiltrate and spongiosis of the intra-epidermal duct.

Resident skin bacteria, such as Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus, are thought to play a role in the pathogenesis of miliaria.4
Patients with miliaria have 3 times as many bacteria per unit area of skin as healthy control subjects. Antimicrobial agents are effective in suppressing experimentally induced miliaria. Periodic acid-Schiff-positive diastase-resistant material has been found in the intraductal plug that is consistent with staphylococcal extracellular polysaccharide substance (EPS). In an experimental setting, only the strains of S epidermidis that produce EPS can induce miliaria.5


In late-stage miliaria, hyperkeratosis and parakeratosis of the acrosyringium are observed. A hyperkeratotic plug may appear to obstruct the eccrine duct, but this is now believed to be a late change and not the precipitating cause of the sweat blockage.

Age

Clinical

History

Physical

Causes

  • Immaturity of the eccrine ducts: Neonates are thought to have immature eccrine ducts that easily rupture when sweating is induced; this rupture leads to miliaria.
  • Occlusion of the skin, as with transdermal drug patches3

  • Lack of acclimatization: Miliaria is common in individuals who move from a temperate climate to a tropical climate. The condition usually resolves after the individual has lived in the hot, humid conditions for many months.
  • Hot, humid conditions: Tropical climates, incubators in neonatal nurseries, and febrile illnesses may precipitate miliaria.
  • Exertion: Any stimulus to sweat may precipitate or exacerbate miliaria.
  • Type I pseudohypoaldosteronism: This disorder of mineralocorticoid resistance leads to excessive loss of salt through eccrine secretions and is associated with repeated episodes of pustular miliaria rubra.13,14,15

  • Morvan syndrome: Miliaria rubra has been reported in this rare autoimmune disorder characterized by neuromyotonia, insomnia, hallucinations, pain, weight loss, and hyperhidrosis.16

  • Drugs: Bethanechol, a drug that promotes sweating, has been reported to cause miliaria, as have clonidine and neostigmine.17
    Isotretinoin, a drug that affects follicular differentiation, also has been reported to cause miliaria.18
    A single case of miliaria crystallina following doxorubicin administration has been reported.19

  • Bacteria: Staphylococci are associated with miliaria, and antibiotics prevent miliaria in an experimental setting.
  • Ultraviolet radiation: Some researchers found that miliaria crystallina preferentially occurs in UV-exposed skin.20



 


 

  1. Dishidrosis


 

  • Kelenjar sebasea
  1. Akne (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

  • Vulgaris

    Vulgaris

  • Definisi

    ialah penyakit peradangan menahun folikel sebasea pada umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.

        

  • Etiologi dan pathogenesis

    Belum diketahui secara pasti

  1. Abnormalitas kretinisasi
  2. Produksi sebum yang meningkat
  3. Inflamasi karena adanya pembentukan fraksi asam lemak bebas
  4. Peningkatan jumlah flora folikel
  5. Terjadinya respons hospes yang memperberat akne
  6. Peningkatan kadar hormone androgen
  7. Terjadinya stress psikik
  8. Factor lain: usia, ras, family, makanan, musim


     

  • Gejala Klinis

    Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah satunya komedo, papul yang tidak meradang dan pustule, nodus dan kista yang beradang. Tempat predileksinya adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas.


     

  • Factor-faktor yang mempermudah terjadinya
  1. Usia
  2. Ras
  3. Family
  4. Makanan
  5. Musim
  6. Kosmetik


     

  • Diagnosis

    Ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.


     

  • DD
  1. Erupsi akne formis
  2. Akne venenata
  3. Rosasea
  4. Dermatitis perioral


     

  • Penatalaksanaan
  1. Pencegahan
    1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi sebum dengan cara diet rendah lemak dari karbohidrat atau dengan melakukan perawatan kulit.
    2. Menghindari factor pemicu, misalnya pemakaian kosmetik yang berlebihan.
    3. Memberikan informasi yang cukup kepada penderita.
  2. Pengobatan

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FK UI Ed 5)

pengobatan

pengobatan topical

  1. pengobatan topical yang dapat mengelupas kulit: sulfur, resorsinol, asam salisilat, peroksida benzoil, asam azeleat
  2. yg dapat mengurangi jumlah mikroba: oksi tetrasiklin, eritromisin, klindamisin fosfat
  3. antiperadangan topical atau krim kortikosteroid, suntikan intralesi
  4. etil laktat à menghambat pertumbuhan jasad renik

pengobatan sistemik

  1. antibakteri sistemik: tetrasiklin, doksisiklin, eritromisin, azitromisin
  2. obat hormonal à estrogen
  3. vitamin A dan retinoid oral
  4. obat lain, antiinflamasi non steroid ibuprofen, dapson, seng sulfar

Sumber ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI


 

  • Venenata
  • Komedonal


 

  1. Rosasea (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis


  • Definisi :

    Penyakit kronis pada sentral wajah akibat kelainan kelenjar pilosebasea pada daerah wajah berupa papul yang meradang disertai peningkatan aktivitas kapiler sehingga terjadi flushing dan teleangiektasis.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, Edisi V, 2008)


 

  • Etiologipatogenesis :

    Etiologi Rosasea tidak diketahui, namun ada babarapa faktor penyabab :

    • Makanan : alkohol merupakan penyebab rosasea
    • Psikis
    • Obat-obatan : adanya peningkatan bradikinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran berbagai obat, baik sebagai penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea
    • Infeksi : Demodex felliculorum dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun akhir-akhir ini mulai ditinggalkan
    • Musim : peran musim dingin atau musim panas termasuk peran sinar UV matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit penyebab eritema persistem masih terus diselidiki karena belum jelas dan bertentangan hasilnya
    • Imunologis : dari lapisan dermo-epidermal penderita rosasea ditemukan adanya deposit imunoglobulin oleh beberapa peneliti, sedang di kolagen papiler ditemukan antibodi antikolagen dan aantinuklear antibodi sehingga ada dugaan faktor imunologis pada rosasea.
    • Dan lain-lain : defisiensi vitamin, hormonal dan sebore pernah disangka berperan pada etiologi rosasea namun tidak dapat dibuktikan.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, Edisi V, 2008)


 

  • DD :
    • Akne vulgaris
    • Dermatitis Seboroika
    • Dermatitis perioral
    • Lupus Eritematosus

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, Edisi V, 2008)


 

manifestasi klinis

eritema, papula dan pustula, telengiektasis numular sampai plakat. (IPKK)

  • stadium I: timbulnya eritema tanpa sebab atau akibat sengatan matahari. Diikuti timbulnya     telengiektasis.
  • Stadium II: timbul papul, pustul, dan edema. Eritema persisten yang dalam, banyak telengiektasis.
  • Stadium III: Eritema persisten yang dalam, banyak telengiektasis, papul, pustul dan juga edema yang     banyak.

    Penatalaksanaan

  • Umum: hindari faktor yang menimbulkan panas di wajah dan jaga higienitas.
  • Khusus

        Sistemik: tetrasiklin 4 x 250 mg

        Topikal:

    • Preparat yang mengandung sulfur 2-4%
    • Isotretinoin 2,5-5 mg/hari selama 6 bulan
    • Isotretinoin 0,2% dalam bentuk cream
    • Hidrokortison 0,1% dalam jangka pendek.


     


     

  1. Dermatitis Perioral (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis


    Definisi

Kelainan kulit ditandai erupsi papuler, eksemateus dan berskuama dengan predileksi lipat nasolabial dan bibir atas dengan perjalanan penyakit berfluktuasi.

Etiopatogenesis

Belum diketahui pasti.

Faktor hormonal dan penggunaan steroid topikal fluorinated diduga sebagai penyebab.

Perjalanan penyakit

berfluktuasi dengan ruam akut rekuren berupa eritem dan papul. Ruam mereda meninggalkan bekas berupa bercak eritem dengan skuama. Siklus bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.

DD : akne vulgaris, rosasea, dermatitis seboreik, dermatitis kontak.

PENGOBATAN
Pengobatan yang terbaik adalah tetracyclin
per-oral (melalui mulut).

Jika penyakitnya berat dan pemberian antibiotik tidak dapat memperbaiki ruam kulit, maka diberikan obat jerawat isotretinoin.

http://medicastore.com/penyakit/814/Dermatitis_Perioral.html


 


 


 


 

  • Rambut
    • Alopecia Areata
  • Adalah jenis kerontokan rambut yang rekuren tanpa meninggalkan jaringan parut. Dapat terjadi di daerah berambut manapun.
  • Patofisiologinya : belum diketahui dengan pasti, namun hipotesis yang dapat diterima adalah suatu keadaan autoimun yang diperantarai sel T dan cenderung mempunyai predisposisi genetik.
  • Klinis biasanya asimptomatik, namun beberapa pasien mengeluh sensasi gatal atau terbakar pada daerah yang terkena. Lesi pertama kali terlokalisir kemudian menjadi multipel. Daerah yang terkena bisa kulit kepala, jenggot, alis mata dan ekstremitas.
  • Pemeriksaan fisik
    adanya bercak alopesia halus warna normal atau eritematosus pada daerah yang terkena. Ditemukan rambut seperti tanda seru (rambut yang menipis di dekat ujung proksimal).
  • Terapi dengan steroid intra lesi, steroid topikal potensi kuat, imunoterapi topikal (dibutilester asam squarik dan dinitriklorobensen).


     

    • Alopecia androgenik


 

  1. : penyakit keturunan dan hormonal,sering tergantung pada hormon androgen
  • gejala klinis:

    timbul pada akhir umur 20 atau awal umur tiga puluhan, rambut rontok secara bertahap dimulai dari bagian verteks dan frontal. Garis rambut anterior menjadi mundur dan dahi menjadi terlihat lebar. Puncak kepala menjadi botak.

Folikel membentuk rambut yang lebih halus dan berwarna lebih muda sampai akhirnya sama sekali tidak terbentuk rambut terminal.

Hamilton membaginya menjadi 8 tipe :    

- Tipe I    : rambut masih penuh

- Tipe II    : tampak pengurangan rambut pada kedua bagian temporal (tipe I dan II belum terlihat alopesia)

- Tipe III    : border line

- Tipe IV     : pengurangan rambut daerah frontotemporal disertai pengurangan rambut bagian midfrontal

- Tipe V    : tipe IV yang menjadi lebih berat

- Tipe VI    : seluruh kelainan menjadi satu

- Tipe VII    : alopesia luas dibatasi pita rambut jarang

- Tipe VIII    : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian verteks.


 

  • Efluvium Telogen
  • Adalah rambut tumbuh lebih cepat dan lebih banyak karena stimulus yang mempercepat fase anagen dan fase telogen.
  • Efluvium Telogen        
  • Pasca partum
  • Pasca natal
  • psikis
  • Pasca febris kronik
  • Effluvium telogen pasca partum
  • Ditemukan 2-5 bulan setelah lahir, terlihat pada sepertiga anterior kulit kepala. Hotung telogen berkisar 24-46% dan kerontokan ini akan berlangsung 2-6 bulan kemudian. Pertumbuhan rambut yang normal akan berlangsung kembali.
  • Effluvium telogen pasca natal    
  • Biasanya pada bayi sejak lahir berumur 4 bulan dan akan tumbuh kembali pada umur 6 bulan. Alopesia yang terbentuk mengikuti distribusi male pattern alopecia. Hitung telogen berkisar 67-84%
  • Effluvium telogen psikis
  • Kerontokan rambut secara tiba-tiba dapat terjadi setelah syok psikis/ stress mental, menetap lama dan sering berulang
  • Effluvium telogen pasca febris kronik
  • Biasanya stelah penyakit yang disertai panas yang tinggi, di atas 39oC, misalnya pneumonia, tufus, dan kerontokan terjadi 2-3 bulan setelah sakit. Hitung telogen >50%.

    Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed. kelima. 2010. Jakarta:FKUI


     

    • Trikotilomania


 

Suatu keadaan dimana terjadi gangguan kontrol impuls ditandai kebiasaan menarik rambut berulang-ulang sehingga menyebabkan terjadinya alopesia. Jadi merupakan gangguan obsesif kompulsif biasanya bersamaan dengan kelainan psikiatri lain (depresi, cemas)

Klinis dijumpai alopesia tanpa jaringan parut, rambut patah dengan panjang yang tidak sama. Pada stadium lanjut dapat ditemukan fibrosis dan alopesia permanen. Mengenai daerah kepala, alis mata, bulu mata, rambut pubis, biasanya lebih dari satu tempat terkena. Dapat diikuti dengan trikopagi (memakan rambut tersebut) sehingga dapat terjadi trikobezoar (obstruksi rambut pada traktus gastrointestinal).

Terapi biasanya sulit jika diserta gangguan psikiatri berat. Pemberian Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor klomipramine dikatakan efektif. Dapat juga dilakukan terapi perubahan perilaku untuk merubah kebiasaan atau dengan hipnoterapi.


 


 

  • Kuku
  1. Dermatosis yang menyebabkan kelainan
  • Paronikia (LI)

    definisi, etiologi, penataklaksanaan, patogenesis, faktor2 yg mempermudah terjadinya, Diagnosis

    • definisi : reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit disekitar kuku.
    • etiologi : infeksi jamur dan bakteri.
    • gejala klinis

    ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat mengeluarkan pus. Bila infeksi telah kronik maka terdapat celah horizontal pada dasar kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah.

    gejala pertama karena adanya pemisahan lempeng kuku dari eponikium, biasanya disebabkan karena trauma oleh maserasi pada tangan yang sering terkena air. Celah yang lembab itu kemudian terkontaminasi oleh kokus piogenik atau jamur.

    • PencegahaN

      cegah adanya trauma dan jaga agar kulit yang dikenai tetap kering. Jika akan mencuci sebaiknya menggunakan sarung tangan karet.

    • Penatalaksanaan (tergantung)

    pada paronikia akut dengan sapurasi harus diadakan insisi


     

  • Onikomikosis
  • Psoriasis
  • Penyakit darier


 

  1. Menurut penyakit kuku
  • Hipokratik finger
  • Shell nail syndrome
  • Koilonika
  • Onikauksis
  • Onikogrifosis
  • Anonikia
  • Onikoatrofi
  • Onikolisis
  • Pakionikia
  • Beau's lines
  • Onikoreksis
  • Hapalonikia
  • Nail-patella-elbow syndrom
  • Median nail dystrophy
  • Pterygium unguis
  • Hang nail
  • Onikofagia
  • Onikopilomania


     

  1. Menurut perubahan warna kuku
  • Green nails
  • Black nails
  • Brown nails
  • Yellow nails
  • White nails

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails